Dirancang arsitek kelas dunia, Arthur Mamou-Mani, THK Tower menggunakan kayu reklamasi dari jembatan rel kereta api tua, mengusung nilai keberlanjutan dan penghormatan terhadap alam dan budaya Bali. (foto: Nuanu Creative City)
BADUNG – Nuanu City akan membuka secara resmi ‘Tri Hita Karana’ (THK) Tower yang disertai dengan proyeksi imersif yang dikembangkan oleh DELIVERED., sebuah perusahaan produksi multimedia yang memadukan seni dan arsitektur media.
Dirancang oleh arsitek visioner asal Prancis, Arthur Mamou-Mani, menara ini dinamai sesuai filosofi kehidupan Bali yang menekankan harmoni antara manusia dengan pencipta, dengan sesama manusia, dan dengan alam. Lebih dari sekadar bangunan, THK Tower adalah sebuah instalasi hybrid gabungan seni dan kecerdasan buatan (AI) permanen pertama di Asia Tenggara — sebuah ikon inovasi yang memadukan seni dan teknologi di tengah keindahan alam Bali.
Pada 13 September 2024 lalu, Nuanu mengundang berbagai perwakilan media dari Bali, Jakarta, Australia dan India untuk mendapatkan pengalaman eksklusif pertunjukan multimedia di THK Tower.
Menara Interaktif Setinggi 30 Meter
Setinggi 30 meter, dengan 108 anak tangga, THK Tower berfungsi sebagai landmark interaktif yang mengajak pengunjung menikmati pemandangan 360 derajat yang memukau tepat di atas tebing di pesisir pantai berpasir hitam Nyanyi yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia.
Di siang hari, struktur unik dari rotan dan kayu ulin ini memancarkan keindahan geometris alami. Di malam hari, THK Tower berubah menjadi kanvas hidup dengan pertunjukan proyeksi cahaya yang menakjubkan.
Tim DELIVERED., yang berbasis di Bali dan Dubai, mengembangkan seluruh kerangka pertunjukan cahaya dan memilih seniman AI terbaik dalam menciptakan seni generatif abstrak melalui coding.
Empat seniman AI internasional — Pablo Alpe (Spanyol), Ben Helm (Inggris), Maksim Ha (Amerika-Ceko), dan Aizek (Rusia) — memadukan kecerdasan buatan dengan seni generatif, menciptakan karya seni yang mengangkat tiga nilai inti filosofi Bali: Parahyangan (hubungan manusia dengan dunia spiritual), Palemahan (hubungan manusia dengan alam), dan Pawongan (hubungan manusia dengan sesama).
Algoritma yang menjadi inti pertunjukan ini adalah sebuah entitas yang terus hidup dan berkembang, memastikan setiap pertunjukan di malam hari tidak pernah sama, memastikan keberlanjutan dan relevansinya dalam merefleksikan nilai-nilai kembali ke akar dalam prinsip circularity dan sustainability.
Sentuhan Pribadi di Setiap Pertunjukan
Yang lebih menarik lagi, pengunjung dapat ikut serta dalam menciptakan pertunjukan ini. Melalui aplikasi web khusus, pengunjung dapat mengirimkan respons yang akan diubah menjadi kode oleh seniman AI, menjadi bagian dari desain pertunjukan malam hari yang unik. Setiap malam menjadi sebuah pertunjukan karya memukau yang mengintegrasikan ekspresi personal dan hubungan kolektif yang terus berubah-ubah bagi pengunjung.
Anastasiia Filatova, CEO dan Co-Founder DELIVERED., menjelaskan, ada lebih dari 1000 perangkat cahaya yang dipasang dalam seluruh bagian cemara.
“Terdapat lebih dari 1.000 perangkat cahaya yang dipasang di seluruh bagian menara, didukung oleh 18 proyektor dan sistem suara canggih. Semua ini menyatu dalam pertunjukan cahaya dan suara berdurasi 11 menit yang bisa dinikmati dari berbagai titik di Nuanu, termasuk Luna Beach Club,” ungkap Anastasiia.
“Memahami bahwa filosofi Tri Hita Karana ini menjadi inspirasi bagi keberadaan Nuanu, membuat proyek Menara THK ini semakin istimewa karena kami memiliki kesempatan untuk bermitra dalam penyelesaian proyek-proyek ikonik lainnya seperti Aurora Media Park dan Earth Sentinels karya Daniel Popper. Setelah pertunjukan ini, kami berharap dapat bekerja sama dengan para seniman lokal, regional, dan internasional dari seluruh Bali, Indonesia, dan dunia untuk menampilkan bakat dan keterampilan mereka yang didorong oleh teknologi dengan latar alam yang menakjubkan ini,” tambah Anastasiia.
Keberlanjutan di Balik Setiap Material, Sebuah Karya yang Hidup
Arthur Mamou-Mani, arsitek visioner yang terkenal dengan kuil ‘Galaxia’-nya di Burning Man 2018, mengatakan bahwa THK adalah instalasi permanen pertamanya di Asia.
“THK adalah instalasi permanen pertama saya di Asia. Unsur kunci dari proyek ini adalah memahami siklus hidup setiap potongan rotan dan kayu ulin yang direklamasi, di mana circularity menjadi prinsip utama. Meskipun ini adalah landmark permanen, menara ini dirancang untuk dapat dibongkar, dipindahkan, dan dikembangkan seiring waktu tanpa merusak lingkungan, melainkan dengan cara merayakannya,”papar Arthur.
Mamou-Mani mewujudkan kegemarannya pada karya seni dengan prinsip berkelanjutan dan instalasi geometris melalui Menara THK. Bersama timnya, ia menciptakan struktur yang menjadi perwujudan keindahan organik lanskap Bali, menggunakan material seperti rotan dan kayu ulin yang tidak hanya sebagai pilihan desain tetapi juga komitmen terhadap keberlanjutan dan penghormatan terhadap lingkungan alam.
Arthur menambahkan bahwa instalasi ini merupakan sebuah karya yang hidup dimana setiap bagiannya mencerminkan keindahan dan sejarah Bali.
“Apa yang saya paling suka tentang rotan adalah karena eksposurnya terhadap elemen yang akan berubah warna seiring waktu karena terpapar elemen alam, menjadikan instalasi ini bukan sekadar karya statis, tetapi sebuah karya yang hidup, bernapas, dimana setiap bagiannya mencerminkan keindahan alam dan sejarah Bali,”papar Arthur lagi.
Bekerjasama dengan Seniman Lokal Bali
Dibangun dengan material dari jembatan rel kereta yang terbengkalai, Menara THK merupakan hasil dengan para pengrajin lokal yang terampil oleh karena keahlian mereka dan menjadi pusat perhatian dalam penciptaan mahakarya ini. Dilengkapi dengan pengetahuan yang telah diwariskan secara turun-temurun, para pengrajin lokal bekerja sama dengan tim Mamou-Mani, memastikan bahwa menara ini dibangun dengan berlandaskan pada warisan budaya Bali. Penggunaan material seperti rotan dan kayu ulin daur ulang bukan hanya pilihan desain, tetapi juga komitmen terhadap keberlanjutan dan penghormatan terhadap lingkungan alam. Fleksibilitas rotan memungkinkan terciptanya bentuk-bentuk rumit yang mengalir, sementara ketahanan kayu ulin memberikan kerangka yang kuat namun elegan, melambangkan harmoni antara tradisi dan inovasi yang memberi definisi terhadap Menara THK.
Chiko Wirahadi, seniman lokal Bali yang menjadi penanggung jawab terhadap pengerjaan rotan menari ini mengunkapkan kebanggannya menjadi bagian dari proyek monumental ini.
“Ini adalah kali pertama saya dipercaya mengerjakan rotan pada karya yang sangat besar, dan sangat luar biasa melihat hasilnya. Saya bersama lebih dari dua puluh artisan lokal sangat bersyukur mendapatkan kesempatan dari Nuanu ini”, ungkapnya.
Nuanu Menawarkan Sesuatu bagi Semua
Sebagai bagian dari Nuanu, sebuah kota kreatif seluas 44 hektar yang dirancang untuk mendorong harmoni antara manusia dan alam, THK Tower adalah salah satu dari 32 proyek kreatif yang menjadi kebanggaan wilayah ini.
Nuanu yang letaknya hanya 20 menit dari Canggu dan satu jam dari bandara internasional Ngurah Rai, menawarkan sesuatu untuk setiap orang. Pengunjung dapat menikmati berbagai fasilitas dan acara yang memadukan seni, budaya, dan teknologi di tengah keindahan alam Bali.
Nuanu menawarkan pengalaman seni dan budaya, ruang acara, fasilitas wellness kelas dunia, kelezatan kuliner, serta beragam akomodasi yang terinspirasi alam untuk pengunjung jangka pendek maupun tamu jangka panjang.
Pendidikan juga menjadi inti pilar dari Nuanu yang terwujud lewat adanya Nuanu Social Fund dan sekolah internasional yang berlokasi di dalam kawasan ini, yang mendorong pertumbuhan pembelajaran dan komunitas. Hal ini terlihat dari manfaat yang dibawa dari kehadiran Menara THK bagi individu-individu berbakat seperti seniman rotan tradisional Chiko, yang mengapresiasi Nuanu atas dukungan dan prospek pekerjaan yang telah diberikannya kepadanya dan komunitas seniman lokal.
Direktur Komunikasi dan Brand Nuanu, Ida Ayu Astari Prada mengatakan, THK Tower tidak hanya menjadi penghormatan bagi masyarakat Bali, tetapi juga dibangun menggunakan bahan-bahan yang diberi kehidupan kedua oleh tangan-tangan terbaik para pengrajin dan seniman lokal.
“Berbagai proyek di Nuanu dirancang untuk menonjolkan perpaduan antara tradisi dan modernitas, khususnya dalam hubungan dengan budaya Bali. THK Tower tidak hanya menjadi penghormatan bagi masyarakat Bali, tetapi juga dibangun menggunakan bahan-bahan yang diberi kehidupan kedua oleh tangan-tangan terbaik para pengrajin dan seniman lokal. Saya sangat bangga menjadi bagian dari proyek yang merupakan perwujudan fisik pertama dalam bentuk seni dari ‘Tri Hita Karana’, prinsip hidup leluhur saya,”ujar Ayu Astari.
Nuanu berharap dapat menyambut pengunjung lokal dan internasional untuk menikmati karya seni hidup di tepi laut yang merupakan Menara THK. Pertunjukan Multimedia THK Tower akan dibuka untuk umum setiap hari mulai Sabtu, 28 September 2024, tanpa biaya masuk dan tanpa perlu reservasi. (rls)