BADUNG – Sebuah konferensi besar yang mempertemukan para pemimpin bidang kesehatan di dunia, secara perdana terlaksana di Pulau Dewata. Salah satu hal yang menjadi pembahasan yakni berkenaan dengan transformasi.
Setidaknya, ada 1200 peserta yang hadir dalam kegiatan bernama Hospital Management Asia (HMA) 2024 tersebut. Mereka adalah para pengambil keputusan, yang akan berdiskusi dengan tema besar ‘Keeping Pace with Healthcare Challenges’. Pengambilan tema tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, seperti meningkatnya populasi lansia, kekurangan tenaga medis, kebutuhan terhadap akses kesehatan yang terus meningkat, serta meningkatnya biaya operasional.
Transformasi digital dinilai dapat menjadi solusi dalam menghadapi berbagai macam tantangan itu. Namun tentu hal ini tidak terbatas pada implementasi teknologi dan solusi digital saja. Melainkan juga transformasi layanan kesehatan yang sesungguhnya juga memerlukan pola pikir, menyusun kerangka kerja baru, serta membangun budaya dan kerja sama baru.
“Transformasi layanan kesehatan merupakan tantangan yang harus dihadapi bersama. Kami bangga dapat bermitra dengan HMA 2024. Dimana melalui kemitraan ini kita tidak hanya menunjukkan kesiapan Indonesia dalam melakukan transformasi di bidang kesehatan, tetapi juga menjadi tuan rumah bagi acara bertaraf internasional yang menyatukan para pemimpin dunia di industri ini. Indonesia sendiri, tengah bergerak maju dalam mewujudkan transformasi kesehatan,” ucap Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), drg Iing Ichsan Hanafi, sesaat setelah pembukaan HMA 2024, Rabu (28/8/2024).
Komitmen transformasi, juga disampaikan secara tegas oleh Wakil Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia (RI), Prof dr Dante Saksono Harbuwono SpPD-KEMD PhD. Dia menyebutkan bahwa pemerintah memiliki komitmen kuat untuk senantiasa menghadirkan sistem kesehatan yang lebih integrative, kuat, dan resilien.
“Kami sedang meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan di rumah sakit pemerintah. Sebagai bagian dari upaya kami, transformasi RS Vertikal telah diinisiasi. Itu mencakup perbaikan fasilitas dan proses layanan untuk mempersingkat waktu tunggu, meningkatkan kualitas layanan melalui pengembangan sumber daya manusia, peningkatan transparansi, serta revisi skema remunerasi. Kami juga terus berupaya meningkatkan standar kualitas klinis dengan mengimplementasikan pedoman Praktik Klinis dan indikator klinis yang dimonitor secara berkala,” bebernya.
Dalam kesempatan tersebut, Wamen juga menekankan soal pentingnya digitalisasi dalam pengelolaan kesehatan. Karenanya, pada saat ini pemerintah sedang menerapkan digitalisasi menyeluruh pada operasional rumah sakit. Termasuk integrasi data kesehatan melalui platform SATUSEHAT. “Platform ini akan mempermudah pengelolaan data pasien dan meningkatkan efisiensi layanan. Kemenkes mengajak rumah sakit untuk meningkatkan kerja sama internasional dalam bidang layanan dan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan,” sambungnya.
Pun demikian disampaikan oleh Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ghufron Mukti. Kata dia, sebagai penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan jumlah terbesar di dunia, BPJS Kesehatan senantiasa berinovasi menghadirkan akses layanan kesehatan yang kian mudah, cepat, dan setara. “Untuk itu, secara berkelanjutan kami mengembangkan beragam sistem maupun kanal layanan berbasis digital. Mulai dari superapss bernama Aplikasi Mobile JKN sebagai one stop service, i-Care untuk melihat riwayat pelayanan kesehatan peserta setahun terakhir, telekonsultasi, telemedicine, dan sebagainya,” ucapnya.
Semangat transformasi yang ditunjukkan oleh berbagai pihak di Indonesia, mendapat sambutan antusias dari Member of the Managing Board Siemens Healthineers, Elisabeth Staudinger. Dia berharap, kemitraannya di Indonesia maupun di regional dapat mendorong inovasi dan perubahan serta mengatasi tantangan layanan kesehatan saat ini. “Siemens Healthineers berkomitmen menghadirkan teknologi inovatif yang membantu para tenaga kesehatan untuk memberikan layanan berkualitas tinggi,” singkatnya.
Sementara mengutip pernyataan dari Project Director HMA, Pinky Fadullon, HMA telah lebih dari 23 tahun menjadi wadah para penyedia layanan kesehatan di Asia. Wadah ini menjadi tempat untuk saling berbagi praktik terbaik, mempelajari tren terbaru, serta menjalin kerja sama. “Pada penyelenggaraan HMA tahun ini, kami telah mengurasi beragam topik presentasi dan panel diskusi untuk dapat memberikan pemahaman lebih lanjut dan menginspirasi perubahan yang lebih bermakna,” ujarnya. (adi)