TABANAN – Jumlah pengangguran di Tabanan sampai pertengahan tahun 2024 tercatat sebanyak 7.520 orang atau 2,64 persen dari total angkatan kerja sebanyak 277.098 orang. Sementara yang bekerja sebanyak 269.578 jiwa (97,36 persen).
Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tabanan, jumlah penduduk di pertengahan tahun 2024 ini tercatat sebanyak 468.587 Jiwa. Dari jumlah tersebut jumlah penduduk yang masuk angkatan kerja sebanyak 277.098. Dari jumlah tersebut 269.578 orang sudah bekerja di berbagai sektor. Sisanya sebanyak 7.520 orang masih belum bekerja atau menganggur.
“Dari data terakhir jumlah pengangguran di Tabanan mencapai 7.520 orang. Ini tergolong kecil sekitar 2,64 persen dari total angkatan kerja yang mencapai 277.098. Artinya ada sebanyak 97,36 persen yang sudah bekerja,” ungkap Kepala Bappeda Tabanan I Gede Urip Gunawan, Rabu (24/7/2024).
Mereka yang sudah bekerja tersebut kebanyakan di sektor jasa terutama pariwisata dan sektor swasta lainnya. Juga banyak sebagai ASN termasuk TNI/Polri.
“Kalau yang di sektor jasa pariwisata banyak juga yang bekerja di luar negeri baik di darat maupun di kapal pesiar,” sebutnya.
Melihat kondisi yang ada dan masih adanya pengangguran, pihaknya di Pemkab Tabanan melakukan berbagai upaya untuk mengurangi bahkan kalau bisa zero. Berdasarkan hasil evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025, target pengangguran sebesar 1 persen belum tercapai, dengan realisasi angka pengangguran mencapai 3,83 persen.
“Pengentasan pengangguran ini menjadi salah satu dari 43 isu strategis yang akan dihadapi Tabanan pada periode 2025-2045 dan akan dicarikan solusi,” ujar Urip.
Pemkab Tabanan pun terus berupaya untuk mengatasi masalah pengangguran yang masih tinggi ini. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah memberikan pelatihan kerja melalui Balai Latihan Kerja (BLK). Pelatihan ini difokuskan pada peningkatan keterampilan di bidang ekonomi kreatif serta membuka peluang kerja di luar negeri.
“Hal ini harus diawali sejak dari pendidikan yang lebih mengedepankan pembelajaran vokasi, terbukti semakin banyak siswa yang memilih SMK , karena mereka mendapatkan keterampilan sehingga bisa langsung bekerja ketika sudah tamat,” jelasnya
Pemerintah daerah mengusulkan menekankan pentingnya menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja.
“Banyak lulusan pendidikan formal yang belum siap langsung terjun ke dunia kerja. Oleh karena itu, pelatihan keterampilan sangat penting,” ungkapnya. (jon)