GIANYAR – Puri Kauhan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali kembali menggelar Sastra Saraswati Sewana 2024, yang mengambil tema ‘Niti Raja Sasana’ yang merupakan tongkat sastra kepemimpinan negeri. Kegiatan ini akan dimulai pada Sabtu, 20 Juli 2024 mendatang.
Melalui acara ini, Puri Kauhan Ubud ingin membumikan kembali melalui generasi muda mengenai ajaran kepemimpinan sesuai sastra peninggalan leluhur. Tidak hanya terfokus pada satu sastra yakni Asta Brata, namun banyak sastra lain yang harus direvitalisasi melalui media baru agar bisa diterima oleh masyarakat dan generasi muda. Yang muaranya dengan memahami ajaran kepemimpinan yang baik, akan menjadi dasar generasi muda maupun masyarakat secara umum, untuk mengkritisi kebijakan-kebijakan yang dinilai tidak baik.
“Fokus dalam acara ini, mengajak masyarakat, khususnya anak-anak muda mengetahui bagaimana pemimpin yang baik. Supaya saat melihat pemimpin yang tak sesuai nilai luhur, mereka bisa mengkritisi,” ujar Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana, Sabtu (6/7) sore.
Ari Dwipayana menjelaskan, dengan mengambil tema ‘Niti Raja Sasana’ ini, pihaknya ingin menyampaikan bahwa Bali memiliki kekayaan sastra, sumber sastra, dan juga ajaran terkait kepemimpinan. Seperti, Nitisastra, Dandhaniti, Raja Darma, Raja Niti dan manuskrip yang paling tua adalah Arthaveda atau Arthasastra.
“Pemimpin Bali pada zaman dulu selalu menggunakan sumber sastra sebagai pedoman memanajemen kerajaan, sejak masa Raja Jaya Pangus,” ujar Ari Dwipayana, yang juga Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada itu
Menurut Ari Dwipayana, pemimpin yang ideal menurut tradisi di Bali adalah pemimpin yang ‘nyastra’, yakni menjadikan sastra sebagai tongkat penuntun dalam kepemimpinannya. “Pada gilirannya, tongkat sastra itulah yang harusnya diserahkan pula secara estafet kepada pemimpin yang lahir di kemudian hari,” ujar Staf Ahli Presiden Joko Widodo itu.
Ari Dwipayana, mengatakan sasaran kegiatan ini adalah anak muda, dimana mereka ini akan membumikan ajaran kepemimpinan melalui media baru. Sehingga dalam pendekatannya akan melalui keluwarga. “Harapanya yang dipimpin dengan yang memimpin bisa sama-sama paham. Sehinga jika ada pemimpin yang menjalankan hal yang tidak benar, masyarakat bisa melakukan kritik atas kebijakannya,” ungkap Ari Dwipayana.
Adapun dalam kegiatannya nanti, pada Sabtu 20 Juli 2024, Festival Sastra Saraswati Sewana dibuka oleh Menkopolhukam, Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto. Dan, pada Minggu 21 Juli, akan ada sesi diskusi bersama aktifis Sungai Watch, Gary Bencheghib dan anggota DPD RI terpilih di Pileg 2024, Ni Luh Djelantik.
Terdapat juga diskusi dengan tokoh-tokoh Bali yang saat ini mengisi jabatan tingkat nasional, baik sebagai menteri, deputi/dirjen dan dirut BUMN. Dilanjutkan dengan diskusi bersama tokoh-tokoh lintas agama.
“Dengan kegiatan ini, diharapkan semakin tumbuh program dan kegiatan dari berbagai pihak untuk ikut serta membumikan ajaran kepemimpinan Bali, sehingga menjadi tongkat sastra bagi para pemimpin dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Bali, Nusantara dan masyarakat dunia,” tandasnya. (jay)