Tabuh kreasi pepanggulan dengan judul “Tugak”, merupakan representasi dari perjuangan almarhum I Gusti Ngurah Windya, maestro yang dikenal melalui Topeng Tugek, Dalang, serta sebagai budayawan fenomenal Bali.
MANGUPURA – Panggung terbuka Ardha Candra Art Center Denpasar dipenuhi sorak-sorai dan tepuk tangan penonton pada Jumat (28/6/2024) malam, saat Sanggar Seni Tugek Carangsari tampil dalam acara Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI.
Persembahan gong kebyar dewasa duta Kabupaten Badung 2024 ini menghadirkan tabuh kreasi pepanggulan dengan judul “Tugak”, yang memukau para penonton.
I Gusti Ngurah Alit Supariawan S.Sn., M.Sn., sebagai penggarap tabuh kreasi ini, menjelaskan bahwa karya tersebut adalah representasi dari perjuangan almarhum I Gusti Ngurah Windya, maestro yang dikenal melalui Topeng Tugek, Dalang, serta sebagai budayawan fenomenal Bali.
“Pepanggulan ‘tugak’ menggambarkan bahwa perjuangan beliau belum selesai. Kami sebagai generasi muda masih mencintai dan ingin melanjutkan pelestarian kesenian beliau,” ungkapnya. Tabuh kreasi pepanggulan ini menampilkan bentuk dan pola musikal yang mengalir, simbol melanjutkan perjalanan yang belum usai. Kreativitas dalam penyusunan garapan ini mengeksplorasi olah musikal dan unsur tradisi Karawitan Bali dengan penuh estetika, nilai, dan norma.
Pementasan ini juga diiringi Tari Kreasi Wana Pering, yang terinspirasi dari filosofi pohon bambu. “Manusia yang unggul adalah manusia yang menghargai alamnya, seperti pohon bambu yang lentur namun kuat,” jelas Supariawan.
Selain itu, pementasan ini dibalut dalam Fragmentari Manik Pangkaja, yang menceritakan heroisme I Gusti Ngurah Rai, pahlawan nasional dari Badung. Kisah keberaniannya di medan perang menjadi simfoni keberanian yang menggetarkan hati para penonton.
Ketua Sanggar Seni Tugek Carangsari, I Gusti Ngurah Artawan, menyatakan bahwa penampilan kali ini adalah bentuk upaya terbaik dari sanggar, dengan tujuan menjaga nama baik Kabupaten Badung. “Kesuksesan ini merupakan yang terbesar, didukung oleh kekompakan dan kerjasama tim yang sangat solid,” katanya.
Persiapan pementasan ini memakan waktu enam bulan, dengan melibatkan 150 pemain dari penari, penabuh, hingga kru lainnya. “Gong Kebyar adalah simbol karya tertinggi dalam seni, dan kami berharap event ini terus dilaksanakan,” tambah Artawan.
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, I Gde Eka Sudarwitha, memberikan apresiasi tinggi atas penampilan Sanggar Seni Tugek Carangsari. “Suguhan ini menggambarkan heroisme perjuangan pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai dan diharapkan pesan-pesannya bisa dimaknai oleh generasi muda,” ujarnya. Sudarwitha berharap inovasi dan tradisi kisah kepahlawanan tetap dipertahankan dan ditingkatkan dalam pertunjukan mendatang. (littt)