KLUNGKUNG – Selain di Nusa Penida, sekolah rusak juga ada di Klungkung daratan yakni SDN Satra di Desa Satra, Kecamatan Klungkung.
Saat hujan, siswa harus belajar berdesakan di dalam kelas, menghindari air hujan. Sebab atap ruang kelas banyak bocor, air hujan sampai masuk ke dalam ruang kelas III.
Dari pantauan di SDN Satra, Rabu (31/1), hampir sebagian besar ruang kelas dalam kondisi bocor karena atapnya rusak. Yang paling parah kondisinya ruang kelas III.
Bagian plafon sudah melengkung dan nyaris ambruk. Tiap kali hujan siswa kelas III yang berjumlah 18 orang harus duduk berdesakan untuk menghindari air yang menembus plafon. Tempat duduk siswa juga berdesakan karena rawan longsor.
“Sebenarnya ada perasaan was-was saat mengajar. Tapi mau bagaimana lagi kami tidak punya ruang kelas lain yang bisa digunakan. Bagian belakang ruang kelas III ini juga kami kosongkan, sebagai antisipasi jika sewaktu-waktu plafonnya jebol dan longsor,” ungkap salah seorang guru, Sang Ayu Made Alit Setiasih, Rabu (31/1).
Bangunan SDN Satra yang berlokasi dipinggir jalan raya Watu Klotok dari luar terlihat kokoh. Namun, ditelusuri ke masing-masing ruangan, nampak konstruksi bangunan sudah rapuh termakan usia. Mulai dari ruang kepala sekolah dan guru, beberapa plafonnya sudah jebol. Ruang kelas I sampai kelas VI juga tak jauh beda kondisinya.
Gudang sekolah juga tidak bisa dimanfaatkan.Sebagian atapnya ambruk, di samping itu senderan yang menjadi pondasi bangunan tersebut juga rawan jebol. Apalagi bangunan dibawah gudang yang dulunya dipakai tempat kantin sudah tergerus. Ironisnya, menurut informasi guru setempat kondisi ini sudah terjadi sejak 27 tahun silam.
“Dulu dibawah bangunan gudang ada kantin, tapi sudah tergerus dan kami pindahkan ke dekat perpustakaan karena sudah sangat membahayakan,” ungkap Sang Ayu Made Alit Setiasih.
Kepala SDN Satra, I Wayan Gina menyampaikan, pihak sekolah sejatinya sempat berupaya untuk melakukan perbaikan plafon secara mandiri. Namun, pekerja yang didatangkan justru menolak. Lantaran bagian atap sudah sangat rapuh, sehingga mereka tidak berani menaikinya untuk melakukan perbaikan kecil.
“Kami tidak tahu pasti usia bangunan sekolah. Tapi informasi pak Perbekel, bangunan sekolah terakhir kali direhab sejak tahun 1997. Sejak saat itu, hingga tahun 2023 tidak pernah mendapat perbaikan lagi,” kata Wayan Gina.
Menurut Wayan Gina, pihak sekolah sudah terus mengajukan permohonan untuk mendapat bantuan rehab dari pemerintah. Permohonan ini kata dia,telah mendapat respon tahun ini. Karena itu Gina akan berkoordinasi dengan perangkat desa dan juga Dinas Pendidikan untuk membahas mengenai tempat alternatif yang akan digunakan untuk melaksanakan pembelajaran selama proses rehab berlangsung.
“Kami berharap seluruh ruangan baik ruang guru hingga ruang belajar bisa direhab total. Karena ini kondisinya sudah rusak berat. Kami akan berkoordinasi dengan perbekel dan Disdik mencari lokasi untuk anak-anak kami selama rehab tersebut. Tentunya agar siswa kami bisa belajar dengan nyaman, sekaligus memastikan aset sekolah kami bisa terjaga,” imbuh Gina.
Kepala Dinas Pendidikan Klungkung, I Ketut Sujana mengatakan tahun ini ada sejumlah usulan rehabilitasi sekolah. Pagu anggaran dari seluruh usulan tersebut mencapai Rp 25 miliar.
“Namun, karena keterbatasan anggaran, bantuan rehabilitasi sekolah harus menggunakan skala prioritas,” kata Sujana.
Salah satu bantuan rehab kata Sujana akan digelontorkan ke SDN Satra.
“Mengingat kondisi bangunan sekolah tersebut sudah rusak berat, mendapat atensi dari Ombudsman Provinsi Bali,” demikian Sujana. (yan)