DENPASAR- Jika selama ini wartawan hanya meliput berbagai pergelaran dan sarasehan dalam ajang Festival Seni Bali Jani (FSBJ), kali ini para pemburu berita itu diberi kesempatan untuk turut unjuk kebolehan mengisi pergelaran.
Didukung sejumlah pegiat teater, para jurnalis yang menghimpun diri dalam Kelompok Wartawan Budaya Bali bakal menyajikan pergelaran drama teater bertajuk “Nguber Berita ka Nusa”. Pergelaran ini merupakan bagian dari mata acara Selebrasi Bahari Bali Jani di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Bali, Denpasar, Jumat (28/7/2023), mulai pukul 17.00 wita.
Ketua Kelompok Wartawan Budaya Bali, I Putu Suryadi menjelaskan drama teater “Nguber Berita ka Nusa” diangkat dari kisah nyata seorang wartawan magang saat melaksanakan tugas peliputan ke Nusa Penida Sang wartawan muda yang berasal dari Kusamba itu menyeberangi lautan dengan menumpang jukung bersama ayahnya yang seorang nelayan. Di tengah laut, dia mengalami pergolakan filosofis dengan sang ayah mengenai bagaimana semestinya menjadi seorang wartawan dan tanggung jawabnya pada tradisi dan masyarakat pesisir.
Tak hanya itu, untuk bisa menepi di pesisir Nusa Penida, ia dan ayahnya harus berhadapan dengan badai hebat. Meski badai bisa dilalui, mereka masih harus menghadapi masalah lain yang tak diduga.
“Drama teater ini kiranya mewakili potret dunia wartawan yang mesti dijalani dengan penuh dedikasi dan keberanian sekaligus pesan tentang masyarakat pesisir dengan budaya dan tradisinya yang khas di tengah himpitan modernitas,” kata Suryadi.
Suryadi mencontohkan keberadaan jukung Kusamba yang unik kini makin jarang ditemukan. Padahal, jukung Kusamba memiliki nilai estetika tinggi sehingga memikat sejumlah pelukis ternama datang ke desa itu untuk melukisnya.
Salah satu pelukis Indonesia yang mengabadikan jukung Kusamba dalam lukisannya, yakni Affandi. Dari sisi tradisi, kedua des aitu juga memiliki tradisi nyepi segara sebagai wujud penghormatan terhadap laut dengan segala isinya.
“Hal-hal itu kami munculkan dalam pergelaran dengan harapan muncul kesadaran tentang budaya pesisir yang khas Bali mesti dijaga dan didayagunakan untuk kesejahteraan masyarakat pesisir juga,” imbuh Suryadi yang juga menjadi produser pergelaran.
Pergelaran “Nguber Berita ka Nusa” disutradarai Putu Supartika, wartawan yang juga sastrawan muda Bali serta dibantu pegiat teater, Agus Wiratama. Naskah disusun I Made Adnyana Ole dan I Made Sujaya. Drama teater ini didukung sejumlah aktor, antara lain Dede Satria Aditya, Amrita Dharma Darsanam, I Putu Made Manipuspaka, IK Eriadi Ariana, Hendra Wibowo, dan didukung sejumlah penari. Penata musik, Ary Palawara; tata panggung dan lighting, Made Satria Dwi Arta; penata artistik, I Nyoman Budarsana; dan desain grafis, Gede Apgandi Pranata. Para pendukung, antara lain Ni Luh Putu Wahyuni Sari, Ni Kadek Novi Febriani, I Wayan Sumatika, I Putu Gede Raka Prama Putra, Ni Luh Rhismawati, Gung Indi, Adi Surya, Ketut Winata, Gede Astawa, Ade Grantika, Adrian Suwanto, dan Bayu Sastra Nagari.
Diskusi Pojok Media
Selain pergelaran drama teater, Kelompok Wartawan Budaya Bali juga menggelar diskusi pojok media di Perpustakaan Widya Kusuma, Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar. Ada dua sesi diskusi pojok media. Sesi pertama, Jumat (28/7) pukul 15.00 wita dengan topik “Reportase Jurnalisme Kultural, Berita Kisah: Antara Ada dan Tiada” dengan narasumber wartawan senior sekaligus sastrawan Gde Aryantha Soethama dan Rofiqi Hasan.
Diskusi sesi pertama dipandu jurnalis Luh De Suriyani. Sesi kedua, Sabtu (29/7) pukul 15.00 wita dengan topik “Fotografi Jurnalisme Kultural: Foto Jurnalistik vs Foto Medsos” dengan narasumber fotografer senior Made Widnyana Sudibya dan akademisi Dr. I Made Bayu Pramana. Diskusi sesi kedua dipandu Ayu Sulistyowati, mantan wartawan dan penulis.
“Diskusi diikuti kalangan wartawan, pegiat jurnalistik kampus dan pengelola majalah sekolah SMA,” kata Suryadi. (sur)