JEMBRANA – Beberapa bulan terakhir, Subak Jagaraga dan Telepus di Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, tidak bisa melakukan aktifitas tanam padi di sawah. Usut punya usut, persoalan tersebut diakibatkan saluran irigasi di hulu subak tersebut, mengalami kerusakan parah.
Rusaknya irigasi di subak tersebut, dikarenakan Bendungan Telepus, dihantam banjir bandang. Hantaman banjir, tahun lalu, tak hanya membuat pintu pembagian air rusak, seluruh saluran menuju subak dibawahnya tertutup material dibawa banjir, hingga air tidak dapat disalurkan kepersawahan dibawahnya.
Kelian Subak Telepus, I Ketut Sukayasa Rabu (7/6/2023) mengiyakan persawahan di subak Telepus dan Jagaraga, tak mampu melakukan tanam padi. “Ya sudah hampir 8 bulan paska banjir di Sungai Bilukpoh, Bendungan sumber irigasi subak, kami rusak parah. Air sungai tak bisa naik, karena saluran air tertutup material banjir serta pintu pembagi bendungan juga posisinya kini jauh diatas karena alur sungai mengalami penurunan,” katanya.
Ada sekitar 120 hektare sawah, tak dapat melakukan tanam padi. Sudah berjalan sekitar 8 bulanan subak tak bisa turun di sawah secara normal, hanya sebagian petani menanami sawahnya dengan tanam palawija, itu pun mengandalkan hujan, sebagai pengairan menggunakan air sumur bor yang dibangun ditengah sawah.
Krama di subaknya, sejatinya sudah berupaya melakukan perbaikan swadaya pada irigasi yang rusak, hanya saja usaha perbaikan yang hingga ketiga kali paska hantaman banjir akhir 2022 lalu, perbaikannya tak maksimal.
Kerusakan tak mampu kami atasi, karena rusaknya terlalu berat, ditangani manual, sudah mencoba memperbaiki beberapa kali air di DAM sebanyak tiga kali, tetapi setiap kali, namun tidak berhasil teratasi.
Subak juga telah mengajukan proposal, melalui desa, untuk diteruskan keatas, bahkan disampaikan ke Balai Wilayah Sungai Bali-Penida. Namun, hingga kini belum ada tindak lanjut.
Dia berharap agar pihak terkait dapat mempercepat irigasi yang rusak, agar sawah dapat kembali dialiri air, sehingga petani bisa beraktifitas seperti biasanya
Sementara, Kepala Bidang Perairan Kabupaten Jembrana, I Gede Sugianto dikonfirmasi bahwa telah melaporkan dan mengajukan surat permohonan kepada Balai. Bahkan sudah melakukan juga pertemuan untuk membahas irigasi tersebut. Dari Balai BWS sudah turun saat kunjungan ke Jembrana.
“Kami berharap anggaran perubahan dapat dialokasikan untuk membangun senderan di subak. Akibat banjir, alur sungai berubah sehingga subak tidak dapat diairi,” katanya. Sugianto menyebutkan bahwa dari pihak Balai juga kembali turun.
“Mohon bersabar, Minggu ini sesuai informasi yang dia terima Balai akan mengecek lagi, ini masih berjuang untuk menyelesaikan permasalahan ini,” pungkas. (ara,dha)