
DENPASAR – Masih adanya ketidakpuasan jumlah bonus bagi atlet Bali peraih medali di PON XX/2020 yang digelar tahun 2021 di Papua lalu, memunculkan asa atau harapan tak membuat atlet hengkang ke provinsi lainnya. Tugas pelatih akhirnya menjadi bertambah dengan upaya keras menahan hal itu tidak terjadi.
Salah satunya diutarakan cabor karate. Salah seorang pelatih Pengprov FORKI Bali Aditya Putra Thama tak memungkiri jika kekhawatiran itu ada. Karena dasar ketidakpuasan yang dirasakan atlet. Dan itu dinilainya merupakan hal wajar dirasakan atlet.
“Kalau saya pribadi memang berharap itu tidak terjadi dan semoga memang tidak ada. Tapi kalau dikatakan khawatir ya pasti saya khawatir. Bahkan ini sering saya alami ketika ada keluhan atlet,” jelas pelatih tim karate PON Bali itu saat dihubungi, Selasa (8/2/2022).
Dalam kondisi seperti itu, diakuinya, sebagai pelatih dirinya akan selalu menjaga atau menahan utamanya atlet karate Bali yang hendak pindah ke provinsi lainnya. Tujuannya agar tetap membela Bali di even-even nasional.
“Ya semua itu sudah umum dan alami jika ada atlet Bali hendak hengkang ke provinsi lainnya karena faktor perhatian dan kepedulian termasuk kaitannya dengan jumlah bonus yang diberikan. Tapi tetap kami merayu dan memberikan motivasi dan pemahaman agar tetap membela Bali di even nasional atau internasional,” beber Aditya.
Dirinya berharap, apa yang menjadi persoalan sekarang ini utamanya terkait dengan bonus atlet termasuk pelatih agar ke depannya tidak ada lagi dan kembali normal dengan memberikan kenyamanan kepada atlet dan pelatih.
“Kalau saran saya sih, memang jumlah bonus atlet dan pelatih bisa disampaikan di awal keberangkatan menuju PON,” pungkas Aditya. (ari/jon)