GIANYAR – Beberapa orang seniman di Kabupaten Gianyar berkumpul dan membentuk Sanggar Laras Keratuan Manggis di Puri Agung Gianyar.
“Seniman-seniman di Gianyar, Sukawati, Blahabtuh, berharap agar kesenian di Puri Gianyar hidup lagi karena dahulu ikon seni kan ada di puri-puri,” ujar koordinator sanggar Anak Agung Gede Abi Dama, Selasa 6 Maret 2021.
Di Sanggar Laras Keratuan Manggis ada pembelajaran seni tari, kerawitan dan kontemporer. “Saat ini ada 300 anak-anak SD dan SMP sejebag Jro Kuta (Samplangan, Abianbase, Beng, Bitera, Tegal) tergabung di sanggar dibantu 15 orang pelatih yang berasal dari Gianyar,” ujarnya.
Lokasi latihan mengambil tempat di halaman belakang puri atau pintu masuknya di utara Alun-Alun Gianyar. Ke depan, latihan akan dilakukan di ancak saji setalah ada renovasi. “Dari dulu sudah ada karena kegiatan seniman di Gianyar dulunya di puri. Salah seorang diantaranya Ida Bhagawan (Anak Agung Berata mantan Bupati Gianyar) sempat mendapat pelatihan dari seniman I Teduh, Kak Rina dan lainnya,” ujar Gung De Abi–sapaan akrab Anak Agung Gede Abi Dama.
Dalam beberapa sesi latihan, salah satu gamelan yang digunakan adalah gong kuno berumur ratusan tahun hadiah dari Ratu Mengwi sebagai tanda persahabatan. “Itu zaman I Dewa Manggis Dimadya rentan waktu 1793-1820 sebagai persahabatan karena diundang saat menari gambuh,” jelasnya.
Bedanya dengan gong pada umumnya, terletak pada jumlah daunnya yaitu 15. Selain itu, diberikan juga gelungan Gambuh bertatahkan emas yang hingga saat ini masih tersimpan di Puri Agung Gianyar. “Karena persahabatan baik, diberikanlah gong itu dan gelungan gambuh dari bahan mas serta bebandrangan. Hasil rekontruksi dari para seniman di Singapadu, gong tersebut dinamakan Semara Tetangian yang dimainkan saat raja baru bangun,” ungkapnya didampingi Wakil Bupati Gianyar Anak Agung Mayun. (jay)