Tim pengabdian (PKM) Unmas Denpasar saat penyuluhan pengembangan pelet organik bersama Kelompok Budidaya Ikan di Dukuh Gangga Sedana Desa Bunutin, Bangli berlangsung, Minggu 15 September 2024.
BANGLI – Dosen Universitas Mahasaraswati Denpasar kembali melaksanakan program pengabdian masyarakat dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Pendanaan yang diberikan merupakan Program Pengabdian Kemitraan Masyarakat (PKM) yang dilaksanakan bersama Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Dukuh Gangga Sedana, Desa Bunutin, Bangli telah berlangsung Minggu 15 September 2024.
Tim pengabdian masyarakat yang terdiri dari koordinator Dr. Drh. Nyoman Yudiarini, S.KH., M.Agb., bersama anggota Ir. Putu Lasmi Yulianthi Sapanca, M.Si., dan Tiksnayana Vipraprastha, S.E., Magb.
Program ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam mengembangkan pakan ikan mandiri berbasis ekonomi sirkular. Dalam kegiatan penyuluhan tersebut juga mendapat apresiasi sekaligus dihadiri Kepala Bidang Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Bangli, Camat Bangli, Kepala Desa Bunutin, penyuluh pertanian serta anggota Pokdakan.
Dosen Unmas Luh Putu Kirana Pratiwi, S.P., M.Agb. selaku narasumber mengungkapkan kegiatan utama dalam program ini adalah penyuluhan tentang cara pembuatan pelet ikan organik yang memanfaatkan sumber daya lokal seperti dedaunan, limbah pertanian, tanaman gulma, dan hama yang kaya nutrisi. Dengan pendekatan ini, bahan kimia yang merusak lingkungan bisa dihindari, sementara biaya produksi dapat ditekan.
“Dengan program pengabdian ini, bahan kimia yang merusak lingkungan bisa dihindari, sementara biaya produksi dapat ditekan,” kata Kirana Pratiwi, saat dikonfirmasi, Sabtu (21/9/2024).
Ia menjelaskan, inovasi yang diterapkan dalam program ini bertujuan untuk mengatasi tingginya biaya pakan kimia, di mana residu pelet yang mengandung amonia sering menumpuk di kolam.
Biaya pakan yang mahal menghambat pertumbuhan optimal ikan. Peserta dilatih untuk memanfaatkan bahan-bahan lokal yang kaya nutrisi seperti daun kelor, daun pepaya, daun singkong, daun talas, lamtoro, indigovera, serta dedak padi, jerami, limbah jagung, limbah sayuran, limbah pasar (seperti ikan dan tahu), hama (bekicot, yuyu, ikan red devil, maggot), dan tanaman gulma (enceng gondok, azolla, lemna).
Bahan-bahan tersebut dihaluskan dan dicampur dengan dedak padi, diaduk, kemudian dicetak menjadi pelet organik sesuai dengan ukuran ikan. Metode ini efektif dalam meningkatkan nutrisi ikan, mengurangi biaya produksi, dan mengurangi pencemaran lingkungan dengan penerapan ekonomi sirkular.
Pakar pertanian Unmas ini dalam penyuluhan optimalisasi budidaya ikan nila, menyatakan bahwa pengembangan pelet organik berbahan alami seperti dedaunan hijau, limbah pertanian (padi, jagung, sayur, ikan, kacang/tahu), hama, dan tanaman gulma yang kaya nutrisi dapat meningkatkan bobot ikan nila. Selama bertahun-tahun, praktik perikanan didominasi oleh penggunaan bahan kimia, yang menyebabkan penurunan kualitas air kolam. “Selain itu, penerapan sanitasi lingkungan juga tidak optimal akibat banyaknya sisa pelet yang tertinggal,” tambahnya.
Nyoman Karya, Ketua Pokdakan Dukuh Gangga Sedana, mengakui kegiatan ini dapat memberikan hasil positif jika semua anggota berkomitmen untuk menerapkannya secara maksimal. “Kami berharap program ini menjadi solusi alternatif untuk menekan biaya produksi, karena bahan bakunya mudah ditemukan, proses pembuatannya sederhana, dan ramah lingkungan, “ ujarnya.
Sementara itu, I Ketut Liberata Jaya, Perbekel Desa Bunutin, menyampaikan bahwa program ini sangat membantu Pokdakan dalam mengatasi masalah tingginya biaya pakan kimia dan masalah yang berpotensi pencemaran lingkungan. Ia menjelaskan bahwa dana desa untuk program ketahanan pangan dan perikanan hanya sekitar 25 persen, yang sebagian besar dialokasikan untuk perbaikan infrastruktur jaringan irigasi di wilayah pertanian subak. “Selain itu, pihak desa belum mampu memberikan solusi optimal terkait masalah hama tikus,” tambah Liberata Jaya.
Camat Bangli Sang Made Agus Dwipayana, SSTP, juga menyampaikan pandangannya dengan menyoroti pentingnya sektor perikanan dalam menghasilkan produk berbasis ekonomi sirkular. “Pertanian adalah sektor yang sangat penting, dan saya dibesarkan dari hasil sektor ini. Saya sangat mengapresiasi kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Universitas Mahasaraswati Denpasar,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada tim yang dipimpin oleh Dr. Drh. Nyoman Yudiarini, S.KH., M.Agb., bersama anggota Ir. Putu Lasmi Yulianthi Sapanca, M.Si., dan Tiksnayana Vipraprastha, S.E., Magb., atas kontribusi mereka kepada masyarakat dalam penerapan inovasi untuk meningkatkan produksi ikan nila melalui pembuatan pelet berbasis ekonomi sirkular.
Kolaborasi antara pemimpin lokal, pakar, dan masyarakat lokal dalam menerapkan praktik ramah lingkungan ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada penggunaan input kimia, mampu mengendalikan penyakit jamur dengan meningkatkan kualitas air melalui filtrasi serta, menekan biaya produksi ikan nila tentunya akan berdampak pada peningkatan pendapatan Pokdakan Dukuh Gangga Sedana. (sur)