BADUNG – Setelah kiprah bertahun-tahun di dunia olahraga, Ketua Umum KONI Badung Made Nariana meluncurkan buku ketiganya dengan titel berjudul catatan kehidupan “Dari Kuli Tinta ke Dunia Olahraga” di Ruang Rapat KONI Badung, Jalan Kwanji, Dalung Kecamatan Kuta Utara, Selasa (25/6/2024).
Sepak terjang Nariana memang cukup Panjang dengan loyalitas tinggi di dunia olahraga mulai dari pengurus Pengprov Pelti Bali, Ketua Umum Pengprov Muaythai Indonesia (MI) Bali, Ketua Umum KONI Bali dan kini menjabat Ketua Umum KONI Badung. Banyak pemikiran dan Langkah apiknya di dunia olahraga.
Dirinya juga menyoroti pengembangan olahraga di Bali selama ini belum disuport total oleh pemerintah. Dirinya berharap komitmen Pemprov Bali agar fokus juga di dunia olahraga, utamanya soal pendanaan berbagai cabang olahraga (cabor).
“Saya melihat komitmen pemerintah di olahraga belum sepenuhnya. Pemprov Bali wajib fokus di dunia olahraga,” tutur Nariana usai peluncuran bukunya.
Diakuinya, mengelola olahraga di Bali bermuara pada persoalan dana karena bagaimanapun dana itu penting untuk kemajuan cabor yang akan mengharumkan nama Bali di pentas nasional maupun internasional.
Selama ini lanjut Nariana, pembinaan olahraga masing-masing cabor itu benar-benar gotong royong mulai dari pembina, pelatih, orang tua dan juga atlet.
“Saya melihat ketika ada atlet yang juara di kancah nasional maupun internasional, penyambutannya itu sangat gegap gempita oleh pemerintah, namun sebenarnya itu harus dipikirkan dari proses pembinaan dari masing-masing cabornya,” sindirnya.
Mantan Ketua PWI Bali itu berharap perhatian yang masih kurang dari Pemprov Bali itu lambat laun berubah ke arah positif ke depannya. Apalagi pengembangan olahraga butuh perhatian serius dari pemerintah.
Diceritakan Nariana, jika ada sejumlah cabor yang meminta dana ke KONI Badung untuk pembuatan baju untuk PON 2024. Itu merupakan bukti banyak cabor yang tercecer dan terseok-seok menghadapi even empat tahunan itu.
“Padahal cabor inilah nantinya yang berjuang untuk meraih emas. Saya melihat pembina olahraga selama ini benar-benar secara gotong royong, sukarela para pembina, pelatih, orang tua dan atlet,” tegasnya.
Terkait buku ketiganya, Nariana menjelaskan masih menceritakan catatan kehidupannya dari seorang wartawan hingga kini bergelut di dunia olahraga.
“Selama jari masih normal, otak masih bagus maka saya tetap bisa menulis. Awalnya buku ini hanya coretan-coretan saat tidak bisa tidur malam hari tapi kini sudah menjadi buku. Dan ini buku ketiga yang telah saya tulis,” demikian Nariana. (ari/jon)