BULELENG – Berbagai upaya mencegah krisis air dilakukan aktivis yang tergabung dalam Yayasan IDEP Selaras Alam – Bali. Tak hanya pembangunan sumur permanen air hujan dan penanaman pohon di Desa Munduk Kecamatan Banjar, melalui program Bali Water Protection (BWP) yang mendapat dukungan Save the Children Indonesia juga dilakukan penguatan komunikasi dan edukasi berbasis resiko dan keterlibatan masyarakat mengenai model tata kelola atau management sumber daya air di Provinsi Bali.
“Upaya ini kita lakukan karena tingkat/debit air tanah yang terus menurun akibat eksploitasi sumber daya air dan kurangnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan yang dapat menciptakan ketidakseimbangan alam dan mengancam ketersediaan air tanah di pulau ini,” tandas Putu Suryawan selaku koordinator program Yayasan IDEP Selaras – Bali saat pembukaan acara di Wantilan Pura Puseh Desa Munduk Kecamatan Banjar, Sabtu (20/4).
Selain tata kelola/management, kata Suryawan, guna mewujudkan pelestarian lingkungan yang berkelanjutan juga dibutuhkan penguatan kesadaran dan keterlibatan masyarakat tentang model menagemen sumber daya air di Provinsi Bali.
“Pada konteks ini, kegiatan pendidikan dan advokasi pada sembilan sekolah disekitar wilayah sumur imbuhan menjadi sangat penting, terutama dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran siswa, generasi muda tentang pentingnta konservasi air dan lingkungan hidup secara keselurahan,” terangnya.
Guna mengoptimalkan kegiatan edukasi, IDEP mengakomodir hasil riset yang dikembangkan bersama Politeknik Negeri Bali (PNB) yakni melalui cara sederhana berupa ‘dongeng’ yang mudah diterima oleh generasi muda terutama anak-anak.
“Edukasi melalui dongeng melibatkan pendongeng ternama di Bali, Putu Taro, kita awali dari SD Negeri 4 Munduk Kecamatan Banjar dan lanjut ke 8 SD lainnya disekitar wilayah imbuhan utama,” tandasnya.
Suryawan memaparkan melalui dongeng bernarasi sederhana, mengibaratkan 9 sekolah sebagai wilayah kabupaten di Bali, anak-anak diharapkan mudah mengenal isu krisis air sejak awal.
“Dengan dongengan yang mampu membangun imajinasi, mereka bisa bergerak dan bertindak dalam aksi-aksi kecil pelestarian sumber daya air. Walaupun kecil, harapannya aksi-aksi kecil ini konsisten dilakukan sejak dini, menjadi tradisi dan membudaya,” terangnya.
Melalui dongeng, anak-anak diajak untuk mengenal dan peduli terhadap kondisi dilingkungan hidupnya, tergerak dan mampu menjaga serta merawat dan memastikan keberlangsungan ketersediaan air permukaan maupun bawah tanah di Bali yang hingga saat ini masih terus diperbincangkan.
“Kita berharap, generasi yang konsisten memperhatikan dan mau bersungguh-sungguh terhadap hal tersebut akan merasakan dampak positif keberlangsungan dan ketersediaan air sebagai unsur penting dalam kehidupan dan keseimbangan ekosistem bumi,” pungkasnya.kar
(caption foto : IDEP gandeng Made Taro mengedukasi siswa SDN 4 Munduk tentang pelestarian sumber air)