DENPASAR – Sekaa Teruna (ST). Eka Dharma Canti, Banjar Yangbatu Kauh, Denpasar Timur menggarap Ogoh-ogoh berjudul ‘Merana Sang Bhuta Paksi Raja’. Menariknya, Ogoh -ogoh ini terinspirasi dari kehidupan masyarakat agraris, dimana para petani mengalami gagal panen, ulah dari serangan hama burung.
Tema ogoh-ogoh ini sejalan dengan kondisi pertanian akhir-akhir ini, panen raya mundur menyebabkan harga beras yang terus melonjak. Ogoh-ogoh ini ikut dalam penilaian lomba yang digelar serangkaian menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1946 dan Kesanga Festival 2024.
Ketua ST. Eka Dharma Canti, Banjar Yangbatu Kauh, I Nyoman Ari Waraspati Dangka menceritakan proses pengerjaan Ogoh-ogoh ini selama dua bulan. Peran serta seluruh pemuda hingga karya Ogoh-ogoh ini selesai sangat luar biasa.” Dikerjakan secara gotong royong oleh para pemuda, karya ini menggunakan mesin untuk menggerakan sayap burung, kepala hingga air yang mengalir ditambah lagi pindakan atau baling-baling di sawah,” jelas Ari Waraspati, Minggu (19/2/2024).
Ia menuturkan tematik yang mengangkat kehidupan masyarakat agraris dimana para petani mengalami gagal panen akibat serangan hama menjadi konsep yang disepakati dari awal pengerjaan. Hama burung menyerang padi yang menguning milik petani. “Kalau dalam Lontar Usada Sawah disebutkan terdapat Sang Bhuta Paksi Raja atau burung raksasa yang dianggap sebagai dewanya para burung,” ucapnya.
Diceritakan bahwa Sang Bhuta Paksi Raja bersama anak buahnya yang merupakan kawanan burung sering mencuri padi milik Bhatari Sri yang hendak panen. Dengan kejadian itu, Dewi Sri sangat sedih dan memohon agar ibunya yakni Ida Bhatari Uma membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi ini.
“Sarana yang digunakannya untuk mengusir yakni patakut atau lelakut. Lelakut itu ditancapkan pada hari Kliwon dan membuat Sang Bhuta Paksi Raja ini takut. Saat menancapkan lelakut ini ada labaan berupa canang dua buah, berisi nyanyah gagringsingan, dan dihaturkan selama 15 hari. “Simbol -simbol itu dituangkan dalam wujud ogoh-ogoh seperti Dewi Sri, wujud Sang Bhuta Paksi Raja, lelakut dan pindakan, dalam proses pengerjaan Ogoh-ogoh menghabiskan dana sebesar Rp 18 juta,” ungkapnya.
Sementara itu dalam pembuatan Ogoh-ogoh tahun 2024 ini, Pemkot Denpasar memberikan insentif kepada sekaa teruna. Pemkot menggelontorkan anggaran sebesar Rp 3,6 miliar khusus untuk pembuatan ogoh-ogoh dalam rangka Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1946. Jumlah tersebut diperuntukkan bagi 360 sekaa teruna (STT) di Kota Denpasar sebagai bentuk pelestarian seni dan budaya Bali. Dimana, masing-masing ST mendapatkan dana pembinaan BKK senilai Rp10.000.000.
“Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar Raka Purwantara, mengatakan penilaian lomba di tingkat kecamatan telah berlangsung 2 hari hingga 18 Februari. Dalam penilaian ini dicari sebanyak tiga ogoh-ogoh terbaik di masing-masing kecamatan. Nantinya 3 ogoh-ogoh terbaik di tiap-tiap kecamatan akan mendapatkan uang pembinaan masing-masing Rp30 juta. “Total ada 12 ogoh-ogoh terbaik dari empat kecamatan yang akan mendapatkan uang pembinaan, dan nantinya diparadekan di kawasan Catur Muka Denpasar,” ujarnya. (sur,dha)