GIANYAR – Pupuk kompos yang dihasilkan TPS3R cukup milimpah, tapi masih kesulitan pendistribusian karena minimnya kebutuhan di kalangan petani. Kondisi ini dialami TPS3R Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.
Ketua pengelola TPS3R, I Ketut Astawa, Kamis (8/2/2024) mengatakan, pupuk kompos yang di hasilkan TPS3R yang dikelolanya mencapai rata 2 ton sekali panen.
Hasil kompos ini tergolong banyak. Namun diakuinya pihaknya masih terkendala pendistribusian.
“Sekali panen 1,9 – 3 ton, stok kami menumpuk, sebab kami kendala pendistribusian,” ujarnya.
Saat ini hanya beberapa warga saja yang mengambil pupuk digunakan untuk kebun rumah. Jumlahnya pun tidak banyak hanya lima kilogram sampai sepuluh kilo gram. Sehinga stok pupuk di TP3R sangat melimpah.
“Kami masih bingung untuk mencari solusinya, agar tidak menumpuk,” ujar Astawa.
Menurutnya, kendala ini tak lepas dari peranan petani yang belum mau menggunakan pupuk organik. Mereka lebih percaya dengan pupuk kimia.
“Kecuali masyarakat khususnya petani mau menggunakan pupuk organik. Kalau pakai organik diawal mamang akan banyak tumbuh rumput liar yang mengganggu tanaman padi, namun setelah itu kesuburan tanah akan kembali. Kondisi itu yang belum diterima oleh petani,” ujarnya.
Per kilogram pupuk kompos di jual dengan harga Rp 700-1000/kilogram. Pihaknya juga sudah mengemas pupuk itu dengan kantong 5 kilogram, 10 kilogram dan 25 kilogram. Jumlah pupuk kompos yang dihasilkan itu didapat dari tiga banjar, yakni Banjar Wanayu, Banjar Mas, Banjar Taman.
Diakuinya dari banyak pertanian dan luas lahan pertanian di Desa Bedulu, belum satu pun yang mau menggunkan pupuk organik. Saat ini pihaknya pun masih memikirkan cara agar stok pupuk tidak menumpuk.
“Dari petani belum ada yang mau, karena mereka lebih mempercayai pupuk kimia,” jelasnya. (jay)