BADUNG – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaksanakan kegiatan penanaman serentak di seluruh Indonesia Rabu (7/2/2024).
Pelaksanaan penanaman tersebut diikuti penanaman secara serentak di seluruh 31 provinsi se-Indonesia, sekaligus dalam rangka memperingati Hari Lahan Basah Sedunia / World Wetlands Day Tahun 2024. Selanjutnya akan dilakukan kegiatan penanaman lainnya yang sudah dijadwalkan oleh Kementerian LHK.
Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Lahan Basah Sedunia yang jatuh setiap tanggal 2 Februari.
Tema peringatan tahun ini adalah “Wetlands and Human Wellbeing”. Tema peringatan ini menggarisbawahi pentingnya hubungan yang erat antara lahan basah dan manusia, di mana pengelolaan yang bertanggung jawab, dan dukungan terhadap ekosistem tersebut sangatlah vital bagi keberlangsungan hidup kita.
Untuk di Provinsi Bali, penanaman pohon serempak tahun 2024 dilaksanakan di Nusa Pudut, kelurahan Tanjung Benoa, Kecamatam Kuta Selatan, Kabupaten Badung dengan melaksanakan penanaman di areal mangrove seluas 1 Ha dengan jenis Bruguiera gymnorrhiza sejumlah 1.550 batang.Bibit yang ditanam berasal dari persemaian mangrove BPDAS Unda Anyar.
Lokasi Nusa Pudut ini dipilih sebagai salah satu upaya pencegahan abrasi dan perlindungan garis Pantai sehingga apa yang dikhawatirkan Masyarakat setempat akan hilangnya lokasi Nusa Pudut tersebut dapat terhindarkan.
Hadir dalam kegiatan ini Dr. Ir. Bambang Hendroyono, M.M, Sekjjen KLHK mewakili Menteri KLHK. Hadir juga Sekda Bali, Dewa Indra.
Kegiatan penanaman ini juga melibatkan dan mengajak lebih dari 250 orang yang berasal dari pejabat KLHK Pusat dan Daerah, serta melibatkan staf UPT KLHK, pejabat lingkup Provinsi Bali dan Kabupaten Badung, staf OPD lingkup provinsi Bali dan kabupaten Badung, BUMN, pelajar, green ambassador dan masyarakat umum.
Merujuk Ramsar Convention, wetlands atau lahan basah adalah suatu kawasan dimana air merupakan faktor utama, yang terbentuk secara alami atau buatan manusia dengan kondisi jenuh atau tergenang air baik secara temporer maupun permanen, seperti rawa, gambut, danau, sungai, dataran banjir, mangrove, laguna, terumbu karang, persawahan, kolam, waduk/bendungan, termasuk tambak.
Ekosistem lahan basah memainkan peran penting dengan memberikan berbagai manfaat nilai intrinsik dan fungsi kehidupan seperti penyimpan karbon, pengendalian perubahan iklim, polusi, banjir, pembersih air, keberadaan biodiversitas yang berkelanjutan, produksi pangan dan sumber daya alam hayati, eco-tourism, serta sumber hidup dan penghidupan masyarakat sekitar.
Lahan basah menyimpan keanekaragaman hayati yang tidak dapat dijumpai pada ekosistem lainnya.
Konteks pengelolaan pengelolaan lahan basah tentunya tidak hanya menekankan aspek biofisik seperti air, tanah, flora dan faunanya semata, akan tetapi aspek manusia dan masyarakatnya perlu dan harus menjadi prioritas.
Peningkatan sosial ekonomi masyarakat sekitar merupakan salah satu pengungkit kelestarian dan optimalisasi pengelolaan sumberdaya lahan basah.
Ketersaling-terikatan upaya perbaikan kualitas lahan basah dengan meningkatnya kondisi sosial ekonomi masyarakat menjadi tujuan utama pembangunan di sektor ini.
Aksi penanaman pohon merupakan bentuk komitmen Indonesia dalam pengurangan risiko bencana dan pengendalian perubahan iklim. Sebagai upaya menjaga bumi dari pemanasan global yang sudah menjadi ancaman nyata, dan perlu diantisipasi bersama.
Menanam pohon tidaklah berat, merawat dan menjaga pohon untuk tetap tumbuh akan menuai kebaikan. Mari kita tanam minimal 25 pohon seumur hidup untuk setiap individu penduduk kita. (dha)