KLUNGKUNG – Warga Banjar Batununggul,Desa Adat Dalem Setra Batununggul, Kecamatan Nusa Penida akhirnya berhasil menuntaskan rangkaian ritual ngodakin (memperbaiki) pralingga berupa barong dan rangda. Rangkaian akhir dari ritual itu dilaksanakan upacara melaspas dan pasupati, Sabtu (27/1).
Bendesa Adat Dalem Setra Batununggul, I Dewa Ketut Anom Astika Minggu (28/1) menyampaikan, rangkaian ngodakin diawali dengan ritual nebas di Pura Batununggul. Kemudian topeng atau tapel disungsung menuju Merajan Agung Puri Ubud yang akan dilaksanakan proses ngodakin.
Proses ngodakin berlangsung sekian bulan, setelah selesai petapakan dipendak dari Puri Ubud diseberangkan ke Nusa Penida. Warga kata Anom Astika bersiap mengadakan upacara melaspas dan pasupati. Anom Astika juga menyampaikan ngodakin ini baru dilaksanakan setelah 28 tahun, tapakan barong dan rangda belum pernah diperbaiki.
Baca juga : TPA Sente Klungkung Status Siaga Darurat, Terus Keluarkan Kabut Asap
“Kami sangat terharu dari sekian proses ngodakin yang paling terbesar sepanjang 28 tahun terakhir sejak tahun 1996. Warga kami sangat antusias dan semangat dalam melaksanakan upacara ini,” ujar Dewa Anom Astika.
Semua warga terlibat dalam prosesi ngodakin mulai dari krama,krama istri dan sekaa truna. Saat proses melaspas dan pasupati sekitar 250 warga turun mengikuti prosesi tersebut.
Ida Pedanda Gede Batuaji yang memimpin upacara melaspas dan pasupati menuturkan pelawatan (pralingga) barong dan rangda merupakan simbol jagat atau bumi. Sehingga pelawatan tersebut yang dijadikan sungsungan masyarakat wajib diadakan upacara melaspas dan pasupati.
Menurut Ida Pedanda, hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan di masyarakat terhindar dari hal-hal negatif. Ida pedanda Gede Batuaji dari Geriya Akah ini mengungkapkan dalam tattwa Widhi Sastra dijelaskan semua pralingga ketika sudah disakralkan dan dijadikan sungsungan warga wajib diadakan upacara melaspas dan pasupati.
“Mlaspas dan pasupati itu maknanya pembersihan dari konsep bhuta ita menjadi dewa ita sekaligus memohon taksu Ida Bhatara Siwa,” tandas Ida Pedanda.
Pralingga barong dan rangda juga simbol rwa bhineda atau dualitas kehidupan yang menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam beserta isinya.
“Semangat luar biasa krama Banjar Batununggul dari mempersiapkan hingga puncak upacara pasupati. Semangat ini sangat memantik kami dari proses ngodakin meski terhalang laut tetapi semangat krama luar biasa. Itu menumbuhkan ciri warga bakti ring Ida Bhatara,” imbuh Tjokorda Gde Raka Sukawati yang mengerjakan proses ngodakin tersebut. (yan)