GIANYAR – Banjar Manik Tawang Desa/Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, dikenal dengan sentra kerajinan ukir tulang. Usaha pun meredup sejak pandemi Covid-19 hingga warga menjual peralatan demi bertahan hidup.
Ketua Paguyuban Pengrajin Ukir Tulang Gili Rawit Rupa, I Ketut Gede Agus Adi Saputra mengatakan, para perajin beralih pekerjaan sejak pandemi melanda seperti bertani dan buruh bangunan, dan ada juga mencari nafkah di luar negeri.
Begitu pandemi berakhir, kata Adi Saputra, kerajinan ukir tulang sulit untuk bangkit kembali karena tidak ada lagi peralatan.
“Jaman dulu tiap rumah itu ada sekitar dua sampai lima orang perajin. Di sini ada sekitar 70 song (rumah) sehingga jumlahnya sampai ratusan orang. Tapi kini, yang berhasil kita ajak bangkit kembali sekitar 40 pengrajin,” ujar Adi Saputra ditemui usai menerima bantuan peralatan ukir tulang program CSR dari sebuah perushaan nasional Indonesia, Selasa (19/12/2023).
Bantuan peralatan menjadi cahaya harapan bagi para pengrajin untuk berkreasi kembali. Selain itu, mereka juga dibekali pelatihan digital marketing agar daya jangkauan pemasarannya mendunia.
“Sekarang apa-apa serba digital. Ada smartphone, orang yang memakai harus smart sehingga bermanfaat. Jadi, kita gelorakan digital marketing ini,” jelas pria yang akrab disapa Adi Siput ini.
Adi Siput berharap bantuan ini dapat membantu pengrajin dalam ekspedisi maupun pemasaran.
“Kendala kami memang di ekspedisi. Ada pengrajin kita yang sudah sentuh pasar dunia, tapi sulitnya di ekspedisi. Kami harap ada solusi untuk itu,” harap pengerajin yang juga seniman lawak ini.
Sementara, bantuan yang diberikan berupa peralatan ukir tulang dan pelatihan digital marketing senilai Rp 140 juta dan ke depan diberikan secara berkelanjutan.
Pada kesempatan itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Gianyar I Wayan Sadra mengajak para pengrajin kerja keras manfaatkan peluang secara maksimal demi kemajuan UMKM di Gianyar. (jay)