DENPASAR – Kesuksesan Bali dalam menurunkan angka prevalensi stunting menarik perhatian jajaran TP PKK Provinsi Sulawesi Selatan hingga mengadakan studi tiru ke Pulau Dewata.
Sulsel ingin mengikuti jejak Provinsi Bali yang berhasil menurunkan angka prevalensi stunting hingga tersisa 8 persen pada tahun 2022.
Penegasan tersebut diutarakan Pj. Ketua TP PKK Provinsi Sulawesi Selatan Ny. Shofa Marwah Bahtiar saat menemui Pj. Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. drg. Ida Mahendra di Ruang Rapat Gedung Jayasabha, Denpasar, Kamis (30/11/2023).
Mengawali pertemuan dalam kunjungan Pj. Ketua TP PKK Sulsel Shofa Marwah Bahtiar memuji keberhasilan Bali yang tercatat sebagai daerah dengan angka prevalensi stunting terendah di Indonesia.
“Bali adalah daerah dengan capaian terbaik dalam penanganan stunting. Oleh karena itu kami ingin memperoleh informasi terkait kiat-kiat yang telah dilaksanakan,” ujarnya.
Kedatangan TP PKK Sulsel ke Bali juga ingin berbagi pengalaman tentang praktik baik TP PKK Bali dalam pengelolaan administrasi dan implementasi 10 program pokok PKK.
Shofa Marwah Bahtiar juga menegaskan komitmen TP PKK Sulsel dalam mendukung suksesnya program prioritas pemerintah seperti penanganan kemiskinan ekstrem, penurunan angka stunting dan pengendalian inflasi.
“Sebagai mitra pemerintah, kami turut berperan dalam pengendalian inflasi melalui gerakan penanaman pisang dan cabai,”ujarnya.
Sementara Ketua TP PKK Bali Ny. drg. Ida Mahendra yang didampingi jajaran pengurusnya menyampaikan, kunjungan rombongan TP PKK Provinsi Sulsel ini merupakan suatu kehormatan bagi jajaran TP PKK Bali.
Terkait angka stunting, ia menginformasikan bahwa berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan tahun 2022, Bali menyisakan prevalensi balita stunting sebesar 8 persen.
“Penurunan angka stunting memang menjadi prioritas kami. Pada tahun 2021, Bali menyisakan angka stunting 10,9 persen dan di tahun 2022 berhasil diturunkan 2,9 persen hingga tersisa 8 persen,”jelasnya.
Menurutnya capaian ini mengantarkan Bali menjadi provinsi dengan tingkat prevalensi stunting terendah di Indonesia, jauh di bawah rata-rata nasional yang tercatat 21,6 persen.
Sebagai mitra kerja pemerintah, TP PKK Bali aktif mengambil peran dalam penurunan angka stunting melalui berbagai program, salah satunya kegiatan “berkunjung dan berbagi” ke Kabupaten/Kota.
Selain menyerahkan paket sembako kepada sejumlah balita di setiap kabupaten yang dikunjungi, Ny. drg. Ida Mahendra juga menyambangi rumah balita dengan gejala tumbuh kembang berisiko stunting.
Selain intervensi pemerintah yang didukung TP PKK, menurutnya keberhasilan dalam menurunkan angka stunting tak lepas dari budaya “ngrombo” yang masih terpelihara dalam kehidupan masyarakat Bali.
“Sejumlah kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat Pulau Dewata seperti peran desa adat dan ritual yang diperuntukkan bagi bayi dalam kandungan juga mendukung upaya penurunan angka stunting,”pungkasnya. (arn/jon)