BULELENG – Berbagai terobosan dilakukan Perumda Swatantra Kabupaten Buleleng dalam menjaga stok bahan pangan pokok (bapok) untuk penanganan inflasi sekaligus ketahanan pangan daerah.
Selain penguatan jaringan pangan antar Perumda se-Bali, sebagai bagian dari tim pengendali inflasi daerah (TPID) perusahaan umum daerah (Perumda) yang mendapat tugas menjaga stok dan stabilitas harga terutamanya beras juga telah menjalin kerjasama, bersinergi dengan BPD Bali Cabang Singaraja dan Koperasi Sedayu Kelurahan Penarukan Kecamatan Buleleng.
“Melalui sinergitas, kita telah membuat ekosistem ketahanan pangan, khususnya produksi beras dengan metode penguatan dari hulu hingga hilir di Kelurahan Penarukan Kecamatan Buleleng”, ungkap Direktur Utama (Dirut) Perumda Swatantra Kabupaten Buleleng, Gede Boby Arianto usai rapat koordinasi dengan stakeholder terkait di Kelurahan Penarukan Kecamatan Buleleng, Selasa (21/11/2023).
Boby mengungkapkan pola ketahanan pangan yang diakomodir dari Sistem Hulu Hilir Desa Pamarican, Ciamis Bandung diimplementasikan bersama BPD Bali Cabang Singaraja dan Koperasi Sidayu Kelurahan Penarukan beranggotakan beberapa subak dengan luasan lahan 250 hektar, kemudian dikembangkan hingga 1000 hektar.
“Polanya adalah kita bersama BPD Bali Cabang Singaraja dan Koperasi Sedayu Kelurahan Penarukan akan membangun kerjasama, ekosistem ketahanan pangan. Hulunya, sepenuhnya digarap Koperasi Sedayu antara lain pemenuhan sirkulasi air dengan sumur bor melalui kredit, yang kedua koperasi Sedayu membuat Toko Tani mulai dari penyediaan benih padi unggul, obat-obatan dan alat-alat pertanian,” jelasnya.
Pendanaannya, diperoleh melalui penyaluran program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BPD Bali Cabang Singaraja dengan suku bunga 3 % pertahun dan dibayar pada saat panen dalam waktu 3 tahun.
Ia menambahkan, bagian dari ekosistem yang telah dilakukan BPD Bali Cabang Singaraja bersama Koperasi Sedayu dan kelompok subak ini akan akan bermuara ke Perumda Swatantra yang berperan dalam hilirisasi.
“Selain mendapatkan kemudahan, keringanan dalam berproduksi hingga 3 kali setahun, apa yang dikerjakan koperasi bersama kelompok subak ini, kemudian hilirnya dikerjasamakan dengan Perumda Swatantra dalam hal penyerapan gabah kering hasil panen dengan harga diatas HPP,” terangnya.
Dengan terbentuknya ekosistem ini, selain kepastian harga, juga dipastikan adanya kepastian produksi baik secara kualitas dan kuantitas, serta kepastian pembayaran. “Hilirisasi bertujuan untuk menjaga stabilitas cadangan pangan daerah khususnya beras di Kabupaten Buleleng, sehingga tidak lagi gabah-gabah itu dikuasai penebas dari luar,” tegasnya.
Ekosistem Hulu Hilir dengan kapasitas produksi 6-7 ton/hektar dari luasan 250 hektar dan bisa dikembangkan hingga luasan 1000 hekter ini diharapkan mampu menjaga cadangan pangan di Kabupaten Buleleng. (kar,dha)