KUTA – Sebagian besar Zona Musim (ZOM) di wilayah Provinsi Bali diprakirakan akan mulai memasuki musim hujan pada November mendatang. Sementara sisanya, terjadi di bulan Desember.
Kepala Stasiun Klimatologi Bali, Aminudin Al Roniri mengungkapkan, ada 12 ZOM di Pulau Dewata akan memasuki awal musim hujan pada dasarian II – III November 2023. Itu meliputi sebagian besar Jembrana (utara, timur), Buleleng (tengah, selatan, tenggara), Tabanan (barat, utara, tengah), Badung (utara, tengah, ), Gianyar (utara, tengah, selatan,), Bangli (tengah, utara, timur, selatan, ), Karangasem (barat, selatan), dan Klungkung (utara).
Sedangkan untuk 8 ZOM lainnya, awal musim hujan diprakirakan terjadi pada Desember dasarian I – III. Itu meliputi Jembrana (barat), Buleleng (barat, utara), Bangli (utara, timur), Karangasem (utara, timur, tengah), Gianyar (selatan), Klungkung (selatan), Karangasem (selatan), Badung (selatan), Tabanan (selatan), Denpasar, dan Nusa Penida.
“Perbandingan prakiraan awal musim hujan 2023/2024 terhadap rata -rata periode 1991-2020 adalah, 18 ZOM atau 90% terbilang mundur atau lebih lambat, dan 2 ZOM sama,” sambungnya sembari menambahkan, untuk sifat hujan di periode tersebut adalah 100 persen normal.
Kemudian soal puncak musim hujan 2023/2024, umumnya berkisar pada bulan Januari 2024. Yakni pada 19 ZOM, meliputi wilayah Jembrana (barat, utara, timur), Buleleng (barat, tengah, selatan, utara, tenggara), Tabanan (barat, utara, tengah, selatan), Badung (utara, tengah, selatan), Gianyar (utara, tengah, selatan), Bangli (tengah, utara, timur, selatan), Karangasem (utara, barat, timur, tengah, selatan), Denpasar, dan Nusa Penida.
Sedangkan 1 ZOM lainnya, puncak musim hujan diprakirakan terjadi pada Februari 2024. Yaitu meliputi wilayah Gianyar (selatan), Klungkung (selatan), dan Karangasem (selatan).
Sementara itu, mengingat awal musim hujan baru terjadi pada November dasarian II – III bahkan Desember dasarian I – III, maka dia mengingatkan agar masyarakat senantiasa mengantisipasi dampak yang mungkin diakibatkan. Utamanya masyarakat pada daerah-daerah yang sebelumnya mengalami kemarau ekstrim.
“Ketika kemarau kering kemudian terjadi hujan deras di awal musim hujan, ini perlu diantisipasi. Baik secara dampak hydrimeteorologi, dampak sosial, dan lainnya,” imbuhnya. (adi/jon)