MANGUPURA – Pemkab Badung melalui Perumda Pasar Mangu Giri Sedana (MGS) tahun ini siap membangun Rice Milling Unit (RMU) atau pabrik penyosohan gabah. Pembangunan RMU ini merupakan bagian dari program beli gabah petani Badung, sebagai upaya memberikan kepastian harga, ketersediaan pangan serta menekan inflasi.
Pembangunan RMU dengan alokasi anggaran Rp5 miliar lebih rencananya berlokasi di sebelah Terminal Tipe A Mengwi di Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi.
Dengan menggunakan aset tanah milik Pemkab Badung seluas 36 are. Sumber anggaran pembangunan dari penyertaan modal Pemkab Badung ke Perumda Pasar MGS pada perubahan APBD tahun 2023 sebesar Rp31 miliar.
Dirut Perumda Pasar MGS Badung I Made Sukantra menjelaskan pembangunan RMU di Mengwitani sudah dalam proses persiapan.
“Kajian-kajian sudah hampir selesai baik itu DED dan lainnya. Tahun ini kita akan mulai pembangunannya, tapi untuk pengadaan alatnya kita harus memesannya terlebih dahulu,”ungkap Sukantra yang dikonfirmasi, Senin (18/9/2023).
Dikatakannya, untuk membangun RMU dibutuhkan beberapa mesin, selain mesin utama untuk penyosohan gabah. Yaitu, ada mesin pemisah sampah dengan gabah, ada mesin pengering, dan peralatan pendukung lainnya. Sukantra menyebut pembangunan RMU diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 6 bulan.
“Perkiraan kami, bulan April tahun 2024 pembangunan RMU baru bisa diselesaikan,”ujarnya.
Sambil menunggu terbangunnya RMU, pihaknya saat ini sedang melakukan penjajakan dengan sejumlah pabrik penyosongan gabah milik masyarakat untuk diajak bekerjasama. Mereka yang diajak bekerjasama khususnya bagi yang telah memiliki drayer atau pengering.
Setelah ada kerjasama dengan dengan pabrik penyosohan gabah, baru kemudian kegiatan pembelian gabah produksi petani Badung baru bisa dilaksanakan. Dalam pembelian gabah tentunya pihaknya menggunakan dasar Harga Pembelian Pemerintah (HPP), serta berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Pangan Badung.
Pihaknya mengakui saat ini harga gabah melonjak sangat tinggi jauh dari HPP gabah kering panen yang sebesar Rp5.000 per kilogram.
“Informasi terakhir harga gabah saat ini sudah mencapai Rp7.400 per kilogram,” imbuhnya.
Kondisi ini menyebabkan banyak penyosohan gabah memilih menjual langsung gabahnya karena dianggap lebih menguntungkan, dibandingkan kalau digiling menjadi beras yang memerlukan biaya produksi. Gabah produksi petani di Bali juga banyak diborong oleh pembeli dari Jawa. (lit/jon)