BADUNG – Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf menggelar Sunset Clean Up di Pantai Kuta, Jumat (15/9/2023). Kegiatan bersih-bersih Pantai Kuta ini diikuti kurang lebih 500 peserta dari berbagai kalangan.
Dalam kegiatan Sunset Clean Up kali ini, Bali Waste Cycle (BWC) bertindak sebagai sebagai kolaborator dan di-coorganise oleh Yayasan Wastehub Alam Lestari,serta disupport oleh berbagai komunitas pegiat lingkungan lainnya.
Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf, Indra Ni Tua mengatakan, Sunset Clean Up ini merupakan bagian dari program penanganan sampah laut dari Kementerian Pariwisata yang dilakukan sejak tahun 2018 sampai sekarang.
Secara khusus, Sunset Clean Up diinisiasi oleh Menparekraf Sandiaga Uno pada 2020 lalu di Pantai Kuta. Kegiatan serupa juga dilakukan di Labuan Bajo, Banyuwangi, Lombok hingga Danau Toba.
Dikatakan Indra Ni Tua, masalah sampah tidak bisa ditangani sendirian. Perlu peran berbagai pihak untuk melakukannya secara bersama-sama dan berkelanjutan. Untuk sampah plastik saja, secara nasional sekitar 70 juta ton itu dalam setahun. Siklusnya datang dari bulan November-Februari.
“Tidak semua sampah itu buruk, tapi juga memiliki nilai ekonomis. Karena itu yang perlu dilakukan adalah edukasi bagaimana mengelola sampah dengan baik,” katanya. Sampah, jika tidak terkelola dengan baik akan menjadi masalah bagi wisatawan dan daya tarik wisata akan menurun.
Sementara itu, Kadis Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kabupaten Badung I Wayan Puja yang hadir dalam kegiatan Sunset Clean Up ini mengaku mendukung kegiatan, dengan harapan melalui kegiatan ini makin banyak pihak yang peduli terhadap masalah sampah. “Sampah tidak ada habisnya, karena itu harus ada tindakan kontinyu dan berkelanjutan,” katanya.
Olivia Anastasia Padang selaku Direktur Bali Waste Cycle menjelaskan, kegiatan ini bukan sekadar memungut sampah di pantai. “Tapi ini menunjukkan komitmen kita, determinasi bahwa kita menolak polusi sampah plastik di laut. Kita juga edukasi pedagang sekitar untuk pemilahan sampah dari sumber,” jelasnya.
Sampah yang terkumpul dipilah menjadi tiga yakni organik, anorganik, dan residu. Waste Management mengcover waste education, waste recycle (daur ulang), dan waste recovery. Jadi sampah yang dihasilkan dari kegiatan ini sampai residunya akan diolah.
“Tidak ada yang terbuang ke TPA. Kami memiliki unit Cahaya Terang Bumi Lestari yang mengelola residu jadi RDF. Relawannya ada 300 pendaftar online, dan kontribusi 31 hotel di seputar Kuta masing-masing 10 orang pegawai. Juga ada 2 sekolah yaitu SMPN 2 dan SMPN 3 Abiansemal dan komunitas pegiat lainnya yang terdata 584 orang,” pungkas Olivia. (dha)