KLUNGKUNG- Warga Kabupaten Klungkung banyak diwariskan tradisi yang sampai saat ini masih lestari. Salah satunya tradisi Megibung dan Meprani yang digelar di Pura Desa Bale Agung Pura Kangin Desa Banjarangkan pada Minggu, (21/11/2021).
Cerita tetua di Banjarangkan, tradisi Megibung dan Meprani merupakan ‘sesangi’ (kaul) dari I Gde Bendesa Gejin, tokoh yang mengawali sekaligus memimpin perabasan hutan yang kini menjadi wilayah Desa Banjarangkan.
Megibung dan Meprani sebagai wujud syukur atas keberhasilan mengadakan sebuah wilayah dan membangun sebuah parhyangan.
Menurut Kelihan Adat Banjar Adat Nesa Desa Banjarangkan, Cokorda Gde Agung Sudarmajaya, Tradisi Megibung dan Meprani merupakan tradisi yang dilaksanakan turun temurun setiap 6 bulan sekali setelah rangkaian Hari Raya Kuningan.
Tepatnya pada hari Umanis Kuningan, sesuai penanggalan Bali yakni pada Redite Umanis Langkir.
“Awalnya, tradisi ini merupakan suatu persembahan berupa naur sesangi yang dilakukan atas rasa syukur karena keberhasilan dalam membuka lahan dan keberhasilan mendirikan sebuah Pura Kahyangan Desa serta terbentuknya wilayah Desa Banjarangkan,” tandas Cokorda Gde Agung Sudarmajaya.
Tradisi ini bertujuan untuk memohon keselamatan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Sesuhunan Ida Betara di Pura Desa Bale Agung Pura Kangin Banjarangkan dan sebagai wujud syukur pengempon Pura Desa Bale Agung Pura Kangin Banjarangkan yakni masyarakat Banjar Adat Nesa Desa Banjarangkan atas karunia yang sudah diberikan.
Uniknya sarananya menggunakan ayam aduan yang kalah yang oleh para bebotoh di Bali disebut cundang. Juga menggunakan daging babi. Adapun bagian-bagian ayam cundang yang diambil sebagai sarana banten seperti, kepala ayam, pantat (kibul), sayap, kaki. (yan)