BULELENG – Kemasyuran nama Anglurah Ki Barak Panji Sakti, tak hanya selaku pendiri Kerajaan Buleleng sebagai cikal bakal berdirinya Kota Singaraja. Tokoh yang mampu menaklukan keangkuhan Raja Gendis serta membangun dan mengembangkan Kerajaan Buleleng hingga memiliki wilayah hingga daerah Jawa Timur, wilayah Kerajaan Blambangan, juga termasyur karena memiliki jiwa kepemimpinan demokratis, spiritual dan merakyat.
“Kemasyuran Ki Barak Panji Sakti, tidak terlepas dari kelahiran beliau di Kerajaan Gelgel dari rahim ibundanya, Ni Luh Pasek Gobleg dan perjalanan beliau dari Kerajaan Gelgel menuju Bumi Den Bukit,” ungkap penglingsir Puri Anyar Sukasada, Anak Agung Ngurah Dwipayana, Sabtu, 4 September 2021.
Pimpinan Puri Sukasada Asrham ini memaparkan, prabawa Ki Barak Panji Sakti sudah muncul dan diketahui ayahandanya, Raja Gelgel, Ida Dalem Anom Sagening, sejak dilahirkan Ni Luh Pasek (Gobleg). Lidah berbulu dan cahaya merah pada ubun-ubun I Gusti Gede Pasekan yang dititipkan kepada Raja Blahbatuh I Gusti Ngurah Jelantik, membuat Raja Dalem Anom Sagening menganugerahkan nama Ki Barak Panji kepada putranya.
“Keistimewaan Ki Barak Panji, sebagai sosok pemimpin spiritual mulai terlihat pada perjalanan ke Den Bukit bersama ibunda dan 40 pengiring yang diberikan Raja Gelgel. Saat pengiringnya kehausan beliau menancapkan keris ke tanah, sehingga muncul air dan saat ini tempat itu diberi nama Tirta Yeh Ketipat,” ungkapnya.
Dengan senjata Kris ‘Ki Baru Semang’, Tombak Ki Tunjung Tutur serta Ajaran Sang Hyang Kamahayanikan, kata Dwipayana, Ki Barak Panji tak hanya mampu menaklukan keangkuhan Raja Gendis, tapi juga membangun Kerajaan Buleleng dan mengembangkan wilayah kerajaan hingga Banyuwangi, Jawa Timur.
“Pengembangan wilayah kerajaan dilakukan beliau melalui tradisi Megoak-goakan, sebagai salah satu implementasi dari Ajaran Sang Hyang Kamahayanikan, bagaimana seorang raja memerintah agar rakyat senang, bahagia, sejahtera serta mencintai rajanya. Melalui tradisi Megoak-goakan, Ki Barak Panji mampu membangkitkan semangat sekaligus menggerakan pasukan untuk mengembangkan wilayah ke Kerajaan Blambangan,” terangnya.
Dwipayana menambahkan, kepemimpinan Demokratis, Spiritual Merakyat sebagaimana Ajaran Sang Hyang Kamahayanikan, dilakukan dan dikembangkan Ki Barak Panji Sakti dalam memimpin Kerajaan Buleleng.
“Hal ini ditunjukan pada misi pendundukan Kerajaan Blambangan yang tujuannya tidak untuk dikuasai, namun hanya untuk menyatukan Den Bukit menjadi satu kesatuan wilayah, tanpa mengurangi kekuasaan dari penguasa yang ditundukkan,” jelasnya.
Pola kepemimpinan merakyat, dengan spirit Megoak-goakan dilakukan Ki Barak Panji saat menyatukan pemerintahan Kerajaan Gelgel saat dikuasi I Gusti Agung Maruti.
“Beliau Anti Imprealisme, dan lebih memilih aliansi atau kerjasama dengan kerajaan lain, seperti Kerajaan Klungkung, Mengwi, Tabanan dan Kerajaan Badung dalam penguatan pemerintahan dan mensejahterakan rakyat,” pungkasnya.(kar)