BANGLI – “Amukan” Covid-19 membuat BPBD Kabupaten Bangli kewalahan terutama membantu penguburan jenazah. Hampir setiap hari, ada warga meninggal karena terpapar Virus Corona . Tidak jarang, petugas sampai tengah malam berada di setra hingga mengalami kejadian mistis.
Kepala Pelaksana BPBD Bangli I Ketut Gede Wiradana mengaatakan memiliki satu regu terdiri dari delapan personel yang bertugas melakukan penguburan jenazah terpapar Covid-19. “Hampir setiap hari ada yang meninggal. Yang membuat kami kewalahan saat ada meninggal lebih dari satu orang dan penguburannya di hari yang sama sehingga bisa sampai tengah malam,”katanya sembari menyebut ada tiga orang warga terpapar Covid-19 meninggal pada Rabu 4 Agustus 2021.
Sesuai pembagian tugas, enam orang bertugas menggotong jenazah, satu orang melakukan penyemprotan disinfektan, dan satunya lagi sopir. “Kami tidak berani mengurangi jumlah personel dalam satu regu ini sebagai antisipasi kalau jarak setra dari jalan cukup jauh dan medannya berat,”ujar Wiradana.
Wiradana sempat dipanggil Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta terkait masalah keterbatasan petugas yang melakukan penguburan jenazah. Orang nomor satu di Bumi Sejuk itupun sedang mengupayakan penambahan personel. “Kami berharap ada penambahan sekitar 20 orang sehingga bisa membentuk tim reaksi cepat (TRC) untuk mempermudah komunikasi. Kalau selama ini mengumpulkan personelnya dengan menghubungi satu persatu,”tegasnya.
Kesabaran petugas BPBD juga benar-benar diuji dari umpatan beberapa orang warga. “Ada yang marah karena keterlambatan kedatangan jenazah keluarga. Ada pula yang tidak percaya keluarganya meninggal akibat terpapar Covid-19 hingga menolak dilakukan penguburan dengan menerapkan protokol kesehatan. Kami pun selalu memberikan edukasi ke masyarakat terkait penanganan jazad warga yang terkonfirmasi Covid- 19 demi keselamatan semua orang,”tegasnya.
Pengalaman lainnya saat mengubur jenazah larut malam. Percaya atau tidak, Widarana menceritakan kejadian yang dialami anggotanya hingga membuat bulu kuduk berdiri. “Beberapa kali sempat melihat bojog (kera) jadi-jadian,”ungkap Wiradana tanpa mau menyebut setra dimaksud. (dus)