TABANAN – Meski menjadi penyangga obyek wisata Jatiluwih dan Batuaku, Nama Desa Mengesta sepertinya tenggelam. Padahal Mengesta memiliki potensinya yang tidak kalah bahkan lebih banyak dibandingkan daerah lain. Tidak salah kini dengan kembalinya anak muda ke desa yang sebelumnya berkiprah di kota, akhirnya mengaktifkan Kelompok sadar wisata (Pokdarwis) untuk mengembangkan potensi pariwisata yang ada.
Langkah awal yang dilakukan dengan membentuk Pokdarwis yang telah lama vakum dalam upaya menjadikan Desa Mengesta sebagai desa wisata di Tabanan yang berdekatan dengan Jatiluwih dan Pura Luhur Batukau. Pemandangan dan panorama Mengesta tidak kalah dengan Jatiluwih dengan Sawah terasering yang juga tembus pandang sampai ke laut selatan dan bisa melihat dengan jelas deretan gunung di Utara.
Bukan hanya itu, Desa Mengesta juga memiliki potensi lain yang sebenarnya belum tergarap maksimal yakni keberadaan air panas di Banjar Belulang maupun di Banjar Piling Kawan yang masih dikelola adat dan perorangan. Padahal keberadaan kedua air panas ini di tengah persawahan terasering. Selain itu juga memiliki track untuk ATV, cycling dan tracking di seluruh wilayah desa terutama di Banjar Piling Kawan, Piling Tengah dan Piling Kanginan. Apalagi Desa Mengesta juga terkenal dengan beras Bali bahkan organik seperti di Somya Pertiwi yang sudah terkenal di Belulang. Satu lagi potensi yang belum tergarap adalah keberadaan sungai atau Yeh Ho yang tidak pernah kering. Selain itu Mengesta juga memiliki pura-pura tua yang terkait dengan Gunung Batukau.
Melihat potensi yang terpendam inilah, Desa Mengesta mulai bangkit. Pandemi Covid-19 ini seperti menyadarkan kaum muda yang sebelumnya berkiprah di sektor pariwisata di kota untuk mengembangkan. Mereka direkrut menjadi pengurus Pokdarwis yang diberi tuga suntuk mengenbangkan seluruh potensi yang ada.
Perbekel Mengesta I Wayan Eka Suprianta ketika ditemui menjelaskan, bahwa ketiak dirinya ikut Pilkel, salah satu yang menjadi visi misinya yakni mengembangkan pariwisata. Hal ini melihat potensi Desa Mengesta yang luar biasa sebagai wilayah Penyangga WBD Jatiluwih dan masuk sawah abadi Nasional. Diakui awalnya sulit untuk menerjemahkan idenya. Namun kini seiring pandemi Covid-19 justru memberi berkah tersendiri. Dengan adanya kesadaran generasi muda untuk mengembangkan desanya sendiri.
“Sebagai langkah awal, Saya hidupkan kembali Pokdarwis,” katanya.
Selain itu, tentu perlu mengenalkan Desa Mengesta dengan segala potensi yang dimiliki. Salah satunya dengan menata di pintu masuk desa di Barat jembatan Yeh Ho. Kini di pintu masuk Desa Mengesta sudah asri dengan taman dan tulisan Desa Mengesta yang menyolok (eye catching) sehingga mudah bagi setiap orang melihat ketika melintas. Hal tersebut juga akan dibuat di perbatasan lainnya.
“Kami bersama anak-anak muda menata pintu masuk, sehingga Mengesta lebih dikenal,” sebutnya.
Sementara itu Ketua Pokdarwis Desa Mengesta I Nengah Mertha Sedana mengungkapkan, pihaknya tergerak untuk mengembangkan pariwisata daerah sendiri yang sebenarnya memiliki potensi yang luar. Selain memiliki dua pemandian ari panas di Belulang dan Piling Kawan, juga memiliki potensi tracking cycling dan ATV yang sebelumnya sempat berkembang. Langkah awal yang sudah dilakukan dengan menata pintu masuk. Selain itu juga akan menyiapkan data dan informasi tentang seluruh potensi yang ada.
“Kami masih melakukan pendataan, termasuk menyiapkan agar Desa Mengesta memiliki legalitas sebagai desa wisata,” katanya.
Satu lagi potensi yang ingin digarap yakni keberadaan Yeh Ho. Pihaknya berencana untuk menata Yeh Ho untuk bisa menjadi lintasan tubing yang tracknya cukup panjang dan menantang adrenalin. Namun diakui, untuk hal tersebut memerlukan pemikiran dan pendanaan yang cukup besar.
“Ini masih dalam rencana kami, Kami masih berupaya mencari sponsor untuk rencana tersebut,” pungkasnya. (jon)