BULELENG – Adanya trend peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DPD) dengan angka 120 kasus pada pertengahan Bulan Januari 2025, mendapat perhatian khusus Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Buleleng.
Selain menyiagakan layanan kesehatan khususnya untuk penanganan kasus DBD, Dinkes Buleleng bersama Puskesmas jajaran juga menggencarkan program Komunikasi Edukasi dan Informasi (KIE), Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan program Juru Pemantau Jentik (Jumantik) disetiap rumah warga masyarakat.
“Sesuai data epidemiologis, puncak kasus DBD tahun 2024 terjadi April dengan 348 kasus. Bulan November 2024, jumlah kasus kembali meningkat hingga 111 kasus, 171 kasus pada Desember 2024 dan 120 kasus pada pertengahan Januari 2025,” ungkap Plt. Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Buleleng, Nyoman Budiastawan usai memantau pelaksanaan program ‘Satu Rumah Satu Jumantik’ pada sejumlah Puskesmas, Minggu (19/1/2024).
Lonjakan hingga 120 kasus DPD pada pertengahan Bulan Januari 2025, kata Budiastawa menjadi peringatan bagi semua pihak untuk bersama-sama meningkatkan kewaspadaan dengan senantiasa melaksanakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dimulai dari lingkungan keluarga.
“Angka ini menjadi peringatan bagi kita semua untuk mencegah lonjakan kasus DPD yang lebih besar, khususnya saat musim penghujan. Selain PHBS yang harus dilakukan setiap hari, Dinkes Buleleng juga mendorong partisipasi aktif warga masyarakat dalam mencegah DBD melalui penguatan program Satu Rumah Satu Jumantik,” tandasnya.
Program Sarutu-Jumantik yang melibatkan satu orang anggota keluarga, idealnya ibu rumah tangga sebagai pemantau jentik nyamuk ini diharapkan dapat menekan perkembanganbiakan nyamuk Aedes Aegypti sebagai penyebab utama penyakit DBD.
“Ibu rumah tangga sangat strategis, karena mereka yang sering membersihkan rumah dan paling mengenal lingkingan sekitar,” jelasnya.
Ia menambahkan, selain program Sarutu-Jumantik, Pemkab Buleleng melalui Dinkes juga menggencarkan KIE terkait 3M-Plus, menyerukan kepada Perbekel/Kepala Desa melalui surat edaran untuk melakukan PSN dan fogging terarah terhadap sasaran berdasarkan hasil survei lapangan untuk memastikan efektifitas pengendalian nyamuk.
“Melalui sinergi bersama desa/kelurahan serta sekolah ini, kami berharap warga masyarakat dapat lebih memahami pentingnya pencegahan dalam memotong rantai penyebaran penyakit DBD, antara lain dengan senantiasa waspada dan melaksanakan PBHS, 3M-Plus, Sarutu-Jumantik serta PSN bersama aparat desa/kelurahan setempat,” tandas Budiastawa dibenarkan Wahyu.
Selaku pengelola program DBD Dinkes Buleleng, Gede Wahyu menambahkan selain aktif melakukan pencegahan, kesadaran dan pemahaman warga terhadap gejala penyakit DBD seperti demam tinggi juga sangat penting agar bisa dilakukan penanganan cepat dan tepat, serta upaya lanjutan berupa pencegahan terhadap penyebaran penyakit DBD pada lingkungan sekitarnya. (kar/jon)