
GIANYAR – Museum ARMA Ubud secara resmi menerima hibah puluhan karya pelukis asal Belanda Jean Pecasse. Sebanyak 32 karya Jean Pecasse akan menjadi koleksi tetap di Museum ARMA.
Penyerahan ini sekaligus dirangkai dalam sebuah pameran Jean Pecasse: Colors of Bali yang berlangsung mulai 1 hingga 7 Maret 2025. Berbeda dengan umumnya, dalam pameran ini tidak ada transaksi jual beli karya, karena seluruh lukisan akan menjadi koleksi permanen Museum ARMA.
Pameran ini sekaligus merayakan perjalanan seni dan kehidupan Jeans Pecasse, dimana pria asal Negara Kincir Angin itu mengungkap spirit Bali dengan amat elok. Jean Pécasse, adalah seniman yang Melukis Jiwa Bali, lahir di Belanda pada tahun 1937, Jean Pécasse menempuh pendidikan di City Academy di Maastricht dan Royal Academy di Den Haag. Setelah dua decade mengajar, ia memutuskan untuk fokus sepenuhnya pada seni lukis, mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk mengeksplorasi dan mendokumentasikan keindahan Bali melalui karyanya.
Sapuan aquarel Pécasse tidak hanya menggambarkan pemandangan, tetapi juga ritme, emosi, dan semangat kehidupan Bali. Dengan teknik glazing kuno—yang pernah digunakan oleh Rembrandt—ia menciptakan komposisi yang cerah namun lembut, membawa gerakan dan kedalaman dalam setiap lukisannya. Karyanya telah dipamerkan di berbagai galeri dan museum di Eropa, Indonesia, dan Singapura, serta mendapat pesanan mural di Sri Lanka, Yunani, dan Singapura.
Pameran ini berakar pada sejarah panjang persahabatan dan kecintaan bersama terhadap pelestarian seni Bali. Agung Rai, Pendiri Museum ARMA, mengenang hubungannya yang erat dengan almarhum kakak Ibu Fedorine, yang tinggal di Bali pada tahun 1980-an. Saat itu, ia mendorong Agung Rai untuk mengumpulkan lukisan Bali karya seniman asing—visi yang kemudian menjadi bagian penting dari koleksi museum. Melalui hubungan inilah, Ibu Fedorine turut membantu memperoleh lukisan-lukisan Bali dari Belanda, yang berkontribusi pada perkembangan Museum ARMA.
“Saya merasa sangat bersyukur dan terhormat menerima hibah istimewa dari Ibu Fedorine dan Gusti Komang Ngurah Lanang Men. Persahabatan kami telah terjalin selama puluhan tahun, didasari oleh kecintaan yang sama terhadap seni, budaya, dan Bali itu sendiri. Saya masih ingat bagaimana alm. kakak Ibu Fedorin dan saya bertukar gagasan tentang membangun sebuah museum yang tidak hanya melestarikan warisan seni Bali, tetapi juga menghargai para seniman asing yang jatuh cinta dengan pulau ini. Kini, bertahun-tahun kemudian, melihat visi itu terwujud melalui karya-karya Jean Pécasse adalah suatu kebahagiaan yang luar biasa. Ini adalah bukti nyata dari persahabatan panjang dan komitmen bersama dalam menjaga warisan seni,” ungkap Agung Rai.
Museum ARMA menyambut koleksi bersejarah ini. Agung Yudi Sadona selaku Direktur Museum ARMA, mengungkapkan, hibah ini merupakan kehormatan besar bagi Museum ARMA untuk menerima karya-karya Jean Pécasse.
“Lukisannya tidak hanya memiliki nilai artistik, tetapi juga makna historis dan emosional yang mendalam. Pameran ini menjadi penghormatan bagi kecintaannya terhadap Bali serta bagian dari misi kami untuk melestarikan dan merayakan para seniman asing yang telah memberikan kontribusi pada lanskap budaya pulau ini,” jelas Agung Yudi Sadona.
Selain lukisan, pameran ini juga akan menampilkan sebuah busana istimewa dari Ibu Fedorine, yang dihiasi dengan lukisan karya salah satu murid berbakat dari almarhum saudaranya pada tahun 1980-an. Simbol ini mencerminkan sejarah dan persahabatan yang telah membentuk pameran ini.
Sementara itu Fedorine Smith dan Gusti Komang Ngurah Lanang Men, sangat berbahagia dengan penuh kepercayaan menyerahkan sebagian koleksi karya Jean Pécasse untuk menjadi bagian tetap dari koleksi Museum ARMA. “Sehingga warisan seni Pécasse dapat tetap lestari di Bali untuk generasi mendatang,” kata Ngurah Lanang Men.
Ia menambahkan, sejauh ini dirinya merasa berat menjaga karya-karya pelukis ternama ini, secara jujur ia akui untuk merawat lukisan sekelas maestro tidak mudah. “Saya lama berpikir kalau saya simpan takutnya rusak, dan akhirnya Museum ARMA sangat tepat untuk dijadikan penyimpan karya Jean Pecasse ini,” ucapnya. (sur)