
DENPASAR – dr. Dewa Sahadewa,Sp.OG dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude pada ujian promosi Doktor pada Program Doktor Ilmu Agama dan Kebudayaan, Fakultas Ilmu Agama, Seni dan Budaya, Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, Selasa (18/2/2025) lalu.
Memaparkan disertasi berjudul “Praktik Keagamaan Hindu dalam Perawatan Kehamilan untuk Pencegahan Stunting pada Keluarga Hindu di Kota Kupang”, Dewa Sahadewa yang juga seorang pinandita ini tampil mengesankan di hadapan tim penguji yang beranggotan tujuh orang.
Prof. Dr. IB Gde Yudha Triguna selaku promotor, sedangkan kopromotor Prof. Dr. Drh. I Made Damriyasa, MS yang juga Rektor UNHI. Tim penguji diketuai Prof. Wayan Suda (Dekan Fakultas Ilmu Agama Seni dan Budaya UNHI), dan Wakil Dr. IBG Wirawan (Wakil Dekan), dengan anggota tim penguji Prof. Dr. Wayan Sukayasa, Prof. Ida Ayu Gde Yadnyawati, ditambah promotor dan co promotor. Sedangkan penguji eksternal Prof. Dr. I Wayan Wirata, yang Rektor IAHN Wayan Pudja Mataram.
Dewa Sahadewa saat memaparkan disertasinya menyampaikan, perawatan kesehatan fisik maupun non fisik selama kehamilan sangat berpengaruh terhadap hasil persalinan. Berbagai program kesehatan telah dirancang baik oleh institusi pemerintah maupun swasta, termasuk keterlibatan keluarga sebagai penanggung jawab keberlanjutan generasi berikutnya.
Salah satu program penting adalah 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), yang mencakup berbagai pemenuhan aspek kebutuhan terutama gizi selama kehamilan hingga 2 tahun pertama kehidupan bayi. Periode 1000 hari pertama kehidupan ini adalah periode yang sensitif karena dampak yang terjadi akan bersifat permanen dan sulit dikoreksi.
Masalah utama dalam tumbuh kembang balita di Indonesia adalah masalah stunting. Menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/ tinggi badan menurut usia, yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan asupan gizi yang kurang dan atau terjadi infeksi kronik/berulang dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Tingginya prevalensi stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT), tertinggi kedua di Indonesia, sebesar 37,9% berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2023, merupakan masalah serius. Menariknya, data menunjukkan angka stunting yang sangat rendah di kalangan keluarga Hindu di Kota Kupang, yaitu hanya 0,05%. Sementara itu, Provinsi Bali, dengan populasi yang mayoritas Hindu, memiliki salah satu angka stunting terendah di Indonesia yaitu 7,2%.
Pengetahuan dan filsafat yang mendasari pemikiran dan praktik keagamaan Hindu akan pentingnya memelihara janin selama berada dalam kandungan dan bayi setelah lahir banyak ditemukan dalam teks Hindu. Dalam teks Tutur Rare Angon dijabarkan bagaimana kehidupan dimulai sejak dari pembuahan sampai kelahiran dan kekuatan suci yang diyakini ada selama perkembangan janin dalam kandungan serta berbagai upacara atau ritual yang harus dilakukan untuk menghormati kekuatan suci tersebut.
Praktik keagamaan Hindu dalam persiapan kehamilan sejak pernikahan, perawatan selama kehamilan serta setelah bayi lahir dapat dibaca dalam tulisan Triguna (2022) , dengan mengutip teks Hindu Rare Angon, jika menginginkan anak Suputra dalam keluarga sukinah bhawantu tidak hanya melalui ritus sakralisasi peristiwa, tetapi juga perlakuan yang baik sejak dari pembuahan terjadi. Sesuai ajaran Hindu, memperlakukan janin dan bayi sebagai perwujudan Tuhan (Hyang) sangat dianjurkan.
Bagi Dewa Sahadewa, fenomena prevalensi stunting di Kupang tersebut menarik diteliti. Ternyata, kontribusi praktik keagamaan Hindu dalam perawatan kehamilan terhadap pencegahan stunting di kalangan keluarga Hindu di Kota Kupang, menunjukkan hasil menggembirakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai praktik keagamaan Hindu, mulai dari wiwaha samskara (upacara perkawinan), upacara saat usia kehamilan tujuh bulan yaitu magedong-gedongan. hingga upacara pasca persalinan, serta sadhana sehari-hari, memiliki peran penting dalam mendukung kesehatan ibu hamil dan janin. Praktik ini berakar pada konsep pemuliaan wanita, khususnya wanita hamil, yang tercermin dalam setiap upacara, menciptakan lingkungan emosional suasana positif dan mendukung bagi ibu hamil. Selain itu, ajaran Hindu mengenai fetal education, serta penekanan pada pemenuhan gizi seimbang memberikan kontribusi signifikan dalam mencegah stunting.
“Jadi, praktik keagamaan Hindu tidak hanya memberikan dukungan spiritual, tetapi juga menciptakan kondisi sosial dan fisik yang kondusif bagi kesehatan ibu dan anak. Praktik ini mampu meningkatkan kesadaran akan pentingnya perawatan kehamilan dan pencegahan stunting melalui pendekatan holistik yang mengintegrasikan aspek spiritual, sosial, dan kesehatan,” ujar Dewa Sahadewa,Wakil Ketua PH PHDI NTT dan Wakil Ketua PSN NTT ini.
Promotor Prof. Yudha menyampaikan, Dr. dr. Sahadewa berhasil memadukan dengan harmonis ilmu sosial keagamaan dengan ilmu science kesehatan. Acara ujian terbuka ini juga dihadiri oleh banyak Guru Besar dari berbagai perguruan tinggi di Bali seperti Prof. Wayan Dibia, Prof. IB Raka Suardana, Prof Drh. Mahardika, Prof. Cok Jaya Lesmana, Sp.KJ, Prof. Dewa Widjana, Prof. Darma Putra dan puluhan budayawan, di samping keluarga besar Dewa Sahadewa dari Bali dan Kupang. (sur)