DENPASAR – Ketua Komisi III DPRD Bali Nyoman Suyasa menyampaikan bahwa di Bali semakin masif terjadinya alih fungsi lahan. Bahkan pelanggaran terjadi juga semakin masif dan ada dimana-mana. Penegasan itu disampaikan Ketua Komisi III DPRD Bali beberapa waktu lalu di DPRD Bali.
Politisi partai Gerindari dari Karangasem ini menyebutkan pelanggaran dan alih fungsi lahan terjadi hampir disemua kabupaten kota di Bali akan tetapi yang paling parah di Badung dan Denpasar.
Jalur hijau juga banyak dilabrak sehingga pelanggaran banyak terjadi. Di Denpasar misalnya sesuai laporan warga Denpasar, terutama wilayah berbatasan dengan Badung banyak terjadi pelanggaran.
Suyasa mencontohkan di Jalan Gunung Salak, Denpasar ada pembangunan villa di belakang, tetapi di bagian depannya ada pembangunan ruko yang sama sekali tidak memperhatikan sempadan jalan. Pembangunan ruko jaraknya dari batas jalan tidak lebih dari 2,5 meter.
“Bukan hanya Denpasar Badung, termasuk di Sidemen, Karangasem belakangan ini, marak pelanggaran,”ujarnya.
Ketua Komisi III DPRD Bali ini meminta kepada pemerintah daerah terutama Dinas Perijinan dan Penanaman Modal di masing-masing kabupaten kota secara tegas menegakan aturan.
“Kita minta supaya tidak ada toleransi, kita minta ada penegakan hukum yang tegas dan zero toleransi,”katanya.
Selain, masalah pelanggaran jalur hijau dan atau banyak terjadi alih fungsi lahan, mantan Wakil Ketua II DPRD Bali periode 2019-2024 ini juga kembali menyebutkan persoalan sampah hingga saat ini belum bisa terselesaikan. Terutama persoalan sampah di daerah pariwisata Denpasar dan Badung.
Bila ini terus dibiarkan tentunya akan berpengaruh pada pariwisata Bali. Oleh karenanya pemerintah pusat diminta ikut membantu dan harus ikut turun tangan menyelesaikan persoalan sampah di daerah pariwisata di Bali. Sebab kontribusi Bali ke pusat pada penerimaan negara sangat besar.
“Sampah akan menjadi bom waktu sehingga perlu penanganan dengan cepat, tepat dan kita berharap pemerintah pusat juga ikut turun tangan menyelesaikan persoalan sampah di Bali,”pintanya. (arn/jon)