DENPASAR – Mengawali Konferensi Daerah (Konferda) VI, Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) DPD Bali NTB menggelar talkshow bertema “Memasuki Abad Kedua, Siapa Takut?”, pada Sabtu (25/1/2025) di Ballroom Catholic Center, Jalan Rambutan Denpasar.
Hadir sebagai pembicara dalam talkshow, Lusia Willar (anggota Presidium I DPP WKRI), Elizabeth N Prawitasari (Ketua Presidium WKRI DPD Bali-NTB) serta RP DR Paskalis I Nyoman Widastra selaku penasehat rohani WKRI DPD Bali-NTB.
Dalam paparannya, Lusia Willar mengatakan memasuki usia ke seratus tahun bagi WKRI adalah berkat dan anugerah yang luar biasa. Sebagai organisasi sosial, ada satu poin penting mengapa WKRI bisa bertahan dan terus berkembang hingga saat ini, yakni kepedulian.
Menengok kembali pada sejarah berdirinya WKRI, Raden Ajeng Maria Soelastri Soejadi Sasraningrat Darmaseputra, mendirikan WKRI pada pada 26 Juni 1924 karena kepeduliannya terhadap perempuan yang tidak mendapatkan hak-haknya. “Kita tidak bisa melupakan sejarah, sebagai dasar pijakan untuk melanjutkan abad kedua WKRI,” katanya.
Selain itu, eksistensi juga menjadi bagian penting dalam perjalanan organisasi tak terkecuali WKRI. Eksistensi dilakukan WKRI dengan terus menerus melakukan sosialisasi dan menanamkan visi misi. “Kita tahu fokus kita, bagaimana kita berjejaring dengan sesama, dan membawa WKRI terus bergerak. Perempuan harus berani tampil dan speak up untuk menunjukkan kita mampu,” katanya.
Senada dengan Lusia Willar, Elizabeth N Prawitasari atau yang akrab disapa Icha, juga mengatakan pentingnya eksistensi dalam menjaga keberlanjutan organisasi. Yang penting bagi Icha adalah semua anggota WKRI harus berani menunjukkan siapa kita sebenarnya.
“Semua perempuan adalah sempurna, jadi jangan takut untuk menunjukkan siapa kita. Jangan sekali-kali berpikir saya tidak bisa,” kata Icha memberikan semangat kepada semua anggota WKRI yang hadir.
Melanjutkan pernyataan kedua narasumber perempuan, RP DR Paskalis I Nyoman Widastra mendorong WKRI sebagai organisasi yang memiliki kepemimpinan yang inklusif. Dalam artian memiliki sikap atau tindakan yang melibatkan semua orang tanpa memandang perbedaan latar belakang, kemampuan, status, atau karakteristik lainnya.
“Terlebih untuk di Bali, inklusif harus dipahami lebih luas,” kata Romo Paskalis dalam talkshow yang dipandu oleh Jessica Tokilov ini. Romo Paskalis juga mengatakan, budaya di Bali bisa digali sebagai sumber inspirasi bagi WKRI, salah satu contohnya adalah budaya Tri Hita Karana.
Setelah dibuka pada Sabtu (25/1/2025), Konferda WKRI VI akan digelar selama sehari penuh pada Minggu (26/1/2025) di tempat yang sama, yakni Catholic Centre Denpasar. (dha)