BADUNG – Sejumlah rumah warga Desa Adat Tuban, tidak jauh dari kawasan Bandara I Gusti Ngurah Rai, sudah selama 10 hari terendam banjir. Kuat dugaan, itu terjadi akibat tersumbatnya saluran pembuangan yang melewati lahan milik Angkasa Pura Indonesia (API).
I Gusti Agung Made Winuntara, adalah salah seorang warga pemilik rumah di antaranya. Dia menyebut, peristiwa mulai terjadi sejak 30 Desember 2024. “Ketika itu saya sudah melaporkan terjadinya banjir di rumah saya dan warga sekitar ini kepada pihak desa adat. Dan desa adat sudah langsung menindaklanjuti dengan menghubungi pihak pengelola bandara,” ungkapnya.
Sebagai respon terhadap laporan, petugas dari PT Angkasa Pura Indonesia (API) katanya sudah melakukan pengecekan. Namun sayang, itu tidak dibarengi dengan langkah penanganan pasti. “Hanya sebatas survei. Tidak ada tindak lanjut. Sampai akhirnya kemarin ketinggian air terus meningkat, dan masalah ini saya posting di media sosial,” sambungnya.
Menangani banjir yang terjadi, sementara ini warga melakukan langkah swadaya dengan memanfaatkan mesin pompa. Langkah itu dibantu Pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Perkim). “Sejak tanggal 30 Desember pompa kami masih terus menyala,” ungkapnya.
Ditanya sumber permasalahannya, pria yang akrab disapa Gung Winun itu menyebut akibat dari macetnya saluran pembuangan. Pasalnya, alur pembuangan yang berada lahan bandara kondisinya penuh dengan sedimentasi. Selain itu, banyak juga barang-barang bekas yang ditempatkan di atas alur. “Lahan bandara itu ada di selatan rumah kami,” ungkapnya.
Disampaikannya pula, pada tahun-tahun sebelumnya, jelang musim hujan, biasanya dilaksanakan gotong royong bersama warga membersihkan alur dimaksud. Namun untuk musim hujan kali ini, hal tersebut tidak dilaksanakan karena di atas lahan bersangkutan ditempatkan banyak barang bekas renovasi bandara.
“Kami harap ini bisa segera menjadi perhatian pihak bandara. Termasuk melalui pembuatan saluran pembuangan yang lebih besar. Sehingga kedepan, banjir tidak terjadi kembali,” ungkapnya.
Banjir di area pemukiman warga tersebut, diakui memang kerap terjadi ketika hujan turun dengan intensitas tinggi. Namun biasanya, itu cepat surut lantaran saluran sudah dibersihkan. “Tidak seperti sekarang, air menggenang selama 10 hari. Bahkan ketinggiannya bisa mencapai 40 cm,” tutupnya.
Sebagai tindak lanjut terhadap peristiwa yang viral di media sosial tersebut, Lurah Tuban, I Dewa Gede Saka Putra turun langsung melakukan pengecekan ke lokasi pada Rabu (8/1). Ketika itu dia didampingi seorang tokoh masyarakat Desa Adat Tuban, Agus Suyasa. “Hasil pengecekan lapangan kami temukan bahwa penyebab timbulan banjir itu karena adanya endapan pada saluran. Selain itu, ukuran gotnya juga terbilang kecil,” ungkapnya.
Koordinasi pun dipastikan telah dilakukan dengan pihak PT API. Hasilnya, pihak pengelola bandara I Gusti Ngurah Rai tersebut mengaku akan segera menindaklanjuti melalui langkah pembersihan. “Hasil koordinasi, itu ditarget selama seminggu. Mudah-mudahan hal tersebut bisa segera terealisasi. Dan banjir di rumah warga bisa segera teratasi,” harapnya.
Dinas Perkim, diakui telah turun tangan ikut melakukan pemompaan. Namun sayang, karena tersumbatnya got di lahan bandara, air yang sudah dipompa malah kembali lagi ke permukiman warga.
Terpisah, Bendesa Adat Tuban, I Wayan Mendra menuturkan, area permukiman warga tersebut sebenarnya sudah dari sejak dahulu mengalami hal serupa. Bahkan kondisi tersebut bisa terjadi berbulan-bulan. Sehingga di tahun 1998, saat Mendra sebagai Kepala Lingkungan Pesalakan Tuban, dilaksanakanlah pertemuan bersama pengelola bandara. Dengan hasil berupa kesepakatan untuk mengalirkan air hujan di area permukiman, melalui saluran yang lokasinya berada di lahan bandara.
“Selama ini hubungan kita dengan pihak Angkasa Pura sudah berjalan dengan sangat baik. Sehingga kami harap, persoalan yang saat ini dialami oleh warga kami dapat menjadi perhatian serius pihak bandara,” harapnya sembari mengaku akan menemui pihak bandara, jika seandainya tidak melakukan langkah penyikapan apapun. (adi,dha)