DENPASAR – Memperkuat perannya sebagai pusat inovasi seni, Sudakara ArtSpace kembali menggelar pameran lukisan. Kali ini melalui Lukisan Intuitif dan Wayang Kulit oleh Susiawan.
Penyakit parkinson tak menyurutkan semangat Susiawan berkarya. Seniman yang aktif melukis sejak 2015 ini punya keinginan kuat untuk menghasilkan karya meski pun saat ini penyakit yang diderita membuat geraknya terbatas.
Didampingi dengan setia sang istri, Susan Allen, Susiawan nampak bersemangat saat hadir dalam pembukaan pamerannya “Bridges of Light” yang digelar di Sudakara ArtSpace, Sanur pada Jumat (27/12). Susan yang fasih berbahasa Indonesia ini menjadi juru bicara bagi Susiawan yang mengalami kesulitan bicara karena penyakitnya.
Dijelaskan Susan, Susiawan yang puluhan tahun pernah bekerja di Kanada ini awalnya merupakan seorang pendidik yang menggunakan medium wayang sebagai upaya meningkatkan daya kreativitas dan kepercayaan diri anak-anak lewat seni budaya. Bahkan, karya wayangnya dipesan oleh sejumlah negara untuk menceritakan kembali kisah-kisah yang menjadi ciri khas negara-negara itu.
Susan sendiri pertama kali bertemu Susiawan di Cirebon pada 1990. Saat itu mereka bekerja sama dalam sebuah proyek pendidikan hingga 1995. Mereka menikah dan tinggal di Kanada. Susiawan yang lahir di Magelang namun besar di Solo itu kemudian ke Bali karena diminta bekerja di Green School sebagai Guru Seni Rupa. Pria jebolan ITB ini kemudian berhenti bekerja di Green School pada 2011 namun tetap tinggal di Bali.
Karier Susiawan sebagai pelukis berawal dari stroke yang dialaminya di 2015. Setelah sembuh dari stroke, ia kemudian melukis. Karya pertamanya itu diberi judul “Pencerahan.” Dari lukisan itu, Susiawan terus berkarya hingga dinyatakan menderita Parkinson pada 2022.
Dalam melukis, Susiawan juga mendapatkan inspirasi dari “kanda pat” yang dalam kepercayaan Bali dan Jawa merupakan empat saudara spiritual yang melindungi dan membimbing kita dari lahir hingga mati. “Melalui lukisan intuitifnya, Susiawan menyalurkan energi kuat dari konsep kuno ini,” jelas Susan.
Pada 2020, Susiawan mulai mengerjakan karya-karya yang didasari penggalian akar budaya spiritualisme Hindu Bali dan Jawa ini. Ada belasan lukisan yang diberi judul “Imaji Kanda Pat” dihasilkannya. Terdapat 25 lukisan yang dipamerkan dari 27 Desember 2024 hingga 5 Februari di Sudakara ArtSpace, Sanur. Pameran juga memajang sejumlah karya wayang Susiawan. “Ada sekitar 300 karya wayang yang dibuat Pak Susiawan. Umumnya bahan yang digunakan adalah kardus,” ungkap perempuan yang memiliki keahlian mendalang ini.
Susan mengaku selama kenal dengan Susiawan, proses berkeseniannya didasari pada kejujuran hati. “Ini semacam perayaan kehidupan Pak Susi dengan karya seni. Saya sangat bangga kepada dia dengan segala hal yang dilakukan,” ujarnya. Selain melukis, Susiawan bersama istrinya juga mengelola sanggar seni kontemporer untuk anak dan remaja di Nyuh Kuning, Ubud.
Sementara itu, Commercial Director Sudamala Resorts, I Wayan Suwastana, mengatakan kegiatan pameran yang rutin digelar merupakan kegiatan tanggung jawab sosial untuk menjaga seni budaya di Bali. Pameran Susiawan ini dikurasi oleh budayawan Arief Bagus Prasetyo.
Ia mengatakan pada tahun ini sudah 4 kali menggelar pameran dengan melibatkan seniman-seniman lokal di Bali. “Karya Susiawan adalah perayaan atas kekuatan seni yang abadi untuk menyatukan, menyembuhkan, dan menginspirasi,” sebutnya. (wb3)