DENPASAR – Orang dewasa dengan usia ≥50 memiliki risiko Herpes Zoster yang lebih tinggi. Hal tersebut berkenaan dengan Penurunan Kekebalan Terkait Usia (ARDI). Dan untuk diketahui, pada tahun 2024, Provinsi Bali diproyeksikan akan memiliki 1,2 juta penduduk berusia ≥50.
Herpes Zoster atau yang dikenal pula dengan sebutan Cacar Api dan Cacar Ular, merupakan penyakit yang umumnya menyerang individu beriwayat Cacar Air. Lebih dari 90% orang dewasa memiliki Virus Varicella Zoster (VZV) yang dorman di sistem saraf, dan menunggu untuk tereaktivasi kembali seiring bertambahnya usia.
Selain itu, Herpes Zoster juga berisiko terhadap orang dewasa dengan kondisi medis yang membuat sistem kekebalan tubuh mereka tidak bekerja dengan baik. Di antaranya seperti leukemia, limfoma, serta individu yang menerima obat imunosupresif seperti steroid. Bahkan untuk pasien HIV-AIDS, risikonya bisa mencapai 3,2 kali lipat. Untuk diketahui pula, Bali berada pada tingkat nomor 6 dengan jumlah penderita HIV-AIDS terbanyak secara nasional.
Di samping itu, masih ada sejumlah faktor lain yang dapat menyebabkan peningkatan risiko Herpes Zoster. Di antaranya yakni kondisi seperti stres meningkatkan risiko sebanyak 47%, penyakit seperti diabetes 38%, penyakit kardiovaskuler 34%, jenis kelamin wanita 19%, penyakit autoimun (seperti Rheumatoid Arthritis, Systemic Lupus Erythematosus, dan Inflammatory Bowel Disorder) 1,2 hingga 2 peningkatan risiko, serta gangguan respiratori kronik seperti PPOK dan Asma menyebabkan 30% peningkatan risiko.
Seperti diketahui, Herpes Zoster menyebabkan ruam melepuh sangat menyakitkan yang umumnya muncul di satu sisi tubuh atau wajah. Sebelum muncul, pasien akan merasakan nyeri, gatal, kesemutan atau mati rasa pada area munculnya ruam. Luka dapat mengering dalam waktu 10-15 hari, dan hilang dalam waktu 2 sampai 4 minggu.
Komplikasi yang sering terjadi dari Herpes Zoster adalah Neuralgia Pasca-Herpes (NPH). Itu merupakan nyeri saraf jangka panjang yang dapat berlangsung berbulan-bulan atau kadang dapat bertahan selama beberapa tahun. Komplikasi ini terjadi pada 5-30% dari semua kasus Herpes Zoster, tergantung pada usia individu.
Selain NPH, Herpes Zoster juga bisa menyebabkan kehilangan penglihatan apabila terjadi di sekitar area mata. Ruam dapat terinfeksi dengan bakteri, dan pada kasus yang jarang ditemukan juga dapat menyebabkan infeksi paru (pneumonia), gangguan pendengaran, peradangan otak (encephalitis), dan kematian.
Jika mengalami ruam akibat Herpes Zoster, maka pasien harus memastikannya tetap bersih dan kering. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi risiko infeksi. Selain itu, pasien juga dianjurkan memakai pakaian longgar dan menggunakan kompres dingin beberapa kali sehari.
Saat ini memang sudah ada sejumlah obat antivirus untuk mengobati Herpes Zoster. Obat tersebut dapat mempersingkat durasi dan mengurangi keparahan penyakit. Obat akan efektif jika dikonsumsi sesegera mungkin dalam waktu <72 jam setelah ruam muncul.
Namun demikian Herpes Zoster sesungguhnya merupakan penyakit yang bisa diantisipasi. Misalnya dengan cara mengurangi stress dan mengadopsi gaya hidup sehat seperti makan makanan sehat, mempertahankan berat badan yang sehat, berolahraga secara teratur, tidur selama 7-9 jam setiap malam, dan tidak merokok atau menggunakan produk tembakau.
Pada Juli 2024, Jadwal Imunisasi Dewasa yang direkomendasikan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), sudah diperbarui dengan menambahkan vaksin Herpes Zoster sebagai salah satu rekomendasi dari Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI. Orang dewasa berusia ≥50 tahun dan individu ≥18 tahun dengan kondisi imunokompromais (seperti pasien yang sedang menerima kemoterapi, steroid dosis tinggi, imunodefisiensi; dengan atau tanpa episode Herpes Zoster sebelumnya) dapat menerima vaksin Herpes Zoster. Jadwal tersebut dapat diakses melalui www.satgasimunisasipapdi.com.
“Jadwal Imunisasi Dewasa merupakan referensi bagi orang dewasa mengenai vaksinasi yang direkomendasikan untuk mencegah penyakit infeksi menular. Pembuatan Jadwal Imunisasi Dewasa ini merupakan upaya bersama untuk memprioritaskan imunisasi sebagai langkah pencegahan penyakit serta menekankan pentingnya imunisasi tepat waktu,” sebut Ketua Satgas Imunisasi Dewasa, Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-Al.
Vaksinasi adalah salah satu langkah yang dapat mengurangi risiko dari beban penyakit yang dialami oleh pasien. Mengingat vaksinasi, dapat menurunkan risiko komplikasi penyakit kronis yang berpotensi berbiaya mahal.
GSK Indonesia, adalah perusahaan biofarmasi global yang memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan akses obat dan vaksin inovatif. Dengan tujuan mulia yakni membangun masa depan masyarakat Indonesia yang lebih sehat.
“Kami terus berkomitmen untuk mengembangkan akses pada obat dan vaksin inovatif untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat yang terus berkembang untuk membangun masa depan masyarakat Indonesia yang lebih sehat. Bersama dengan pemerintah, asosiasi medis dan juga tenaga kesehatan, kami akan terus berupaya dalam meningkatkan kesadaran penyakit pada masyarakat salah satunya akan pentingnya pencegahan penyakit melalui imunisasi. Selain itu, kami memiliki upaya berkelanjutan termasuk kampanye ‘Ayo Kita Vaksin’ dan ‘Peduli Paru Ok’ serta website edukasi www.kenalicacarapi.com,” ucap Government Affair & Market Access Director GSK Indonesia, Reswita Dery Gisriani – Communications. (adi)