DENPASAR – KONI Kabupaten Tabanan secara tegas mensinyalkan jika ada cabang olahraga (cabor) dibawahnya yang tak berpotensi meraih medali tak akan dikirim ke Porprov Bali tahun 2025 mendatang.
Pastinya potensi itu merupakan pilihan utama dengan kekurangan cabor itu sendiri yang tidak melaksanakan aktivitas kelembagaan rutinnya.
“Artinya begini, ada 5 cabor dibawah KONI Tabanan yang tidak aktif dalam melaksanakan aktivitas secara kelembagaan, tidak aktif melakukan pembinaan atlet, tidak pernah mengikuti kejuaraan apalagi tak memiliki potensi medali. Itulah yang tidak akan kami kirim ke Porprov Bali 2025,” tutur Ketua Umum KONI Tabanan, I Made Nurbawa saat dihubungi, Selasa (26/11/2024).
Selain itu lanjut pria yang enggan menyebutkan 5 cabor tersebut, juga pastinya KONI Tabanan akan melihat cabor itu apakah sehat yang artinya masa baktinya masih hidup atau sudah mati serta apakah pengurusnya lengkap atau tidak.
“Jad sudah clear soal itu termasuk jika ada cabor yang mau mandiri di Porprov Bali 2025 juga tidak bisa kami kirim. Lima cabor tersebut sudah kami garis bawahi. Termasuk cabor yang aktif saat ada Porjar namun justeru tidak aktif di Porprov Bali,” tegas Nurbawa.
Perkiraannya ada sekitar 30 dari 45 cabor dibawah KONI Tabanan yang akan turun di Porprov Bali 2025. Proses persiapan sudah berjalan dan KONI Tabanan akan menjalankan aplikasi E-Cabor KONI Tabanan yang nantinya akan menginput atlet Tabanan yang turun di Porprov Bali 2025.
“Nanti dari aplikasi itu akan kelihatan jumlah atlet Porprov Tabanan secara bayangan dulu dan nanti akan disaring juga menjelang pembentukan tim definitif atlet Porprov Tabanan. Setidaknya 6 bulan sebelum Porprov Bali 2025 akan dilaksanakan TC Desentralisasi maupun TC Sentralisasi,” papar Nurbawa.
Terlepas dai persoalan tersebut, Dirinya juga menginginkan agar aturan yang dipertandingkan juga ada perubahan agar Porprov Bali 2025 nantinya terkesan sehat.
Contohnya, jika seperti Kabupaten Badung di satu cabor yang dipertandingkan semua atlet berkualitas ada di Badung, maka nomor yang dipertandingkan bisa dikurangi.
Semisal dari 10 nomor yang dipertandingkan maka cukup 4 nomor saja sehingga akan berpengaruh pada perebutan dan ngumpulnya medali emas.
“Jadi jangan kalau atlet bagusnya ngumpul di Badung di satu cabor lantas semua nomor dipertandingkan, maka jelas medali emas akan banyak diraih Badung. Ini karena kekuatan atlet berbeda. Persoalannya bukan karena soal klasemen perolehan medali saja namun juga ada keseimbangan kekuatan atlet. Nah seperti ini contoh yang harus ada perubahan,” tandas Made Nurbawa. (ari/jon)