DENPASAR – Even festival budaya serangkaian Perayaan Imlek awal tahun 2025, diharapkan mampu mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan asal negeri Tirai Bambu Tiongkok ke Bali utamanya Kota Denpasar.
Hal tersebut diungkapkan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Bali yang akan menggelar rangkaian budaya yang dibalut dalam Perayaan Imlek 2025 mendatang.
“Festival budaya ini akan digelar 1-2 Februari 2024. Festival ini akan menjadi akulturasi budaya yang besar dan satu-satunya di dunia,” kata Ketua Panitia Festival Imlek Hery Sudiarto saat diwawancarai, Kamis (14/11/2024) di Kantor Wali Kota Denpasar.
Menurut Sudiarto, digelarnya even budaya ini sekaligus memastikan untuk menarik lebih banyak kunjungan wisatawan asal Tiongkok. “Kita bisa menargetkan Turis Tiongkok, akan kembali datang ke Bali, jika pada perayaan Imlek sebelum Covid, jumlah kunjungan turis Tiongkok bisa mencapai 200 ribu kunjungan selama sebulan, sementara dalam perayaan Imlek pasca Covid hanya 40-50 ribu kunjungan saja. Setidaknya di Denpasar menjadi pionir akulturasi Kebudayaan ada perayaaan besar Imlek, sehinga orang dari negeri Tiongkok yakin meningkat untum datang ke Bali saat Imlek nanti,” ungkap Sudiarto didampingi Ketua PD Inti Bali Putu Agung Prianta.
Ia menambahkan, even ini bisa besar apabila semua komponen saling merangkul. “Inti adalah organisasi yang merajut kebhinekaan yang inklusif, nasionalisme. Tidak bisa sendiri, tidak saja etnis Tiongkok, melainkan bersama etnis Nusantara,” tandasnya.
Festival yang memiliki otentik atau kekhasan acara melalui akulturasi budaya, menampilkan beragam kesenian dari berbagai etnis di Nusantara maupun perkumpulan etnis Tionghoa yang ada di Bali. Perayaan festival budaya Imlek terbesar di Bali untuk merayakan Imlek 29 Januari 2025 juga dijadikan ajang sebagai branding Kota Denpasar yang merupakan kota toleransi.
Kota Denpasar dengan Kota toleransinya yang tinggi membuat perayaan Imlek 2025 akan berbeda. Dalam perayaan tersebut akan melibatkan 1.200 peserta dalam parade saat pembukaan festival di tanggal 1 Februari 2024 yang akan melibatkan 14 etnis dari seluruh Indonesia.
Selain itu, juga akan ada pementasan perpaduan antara barongsai dengan barong ket dan barong landung. Juga ada penampilan etnis ibu-ibu cheongsam, ada barong sai chainistyle 7-8 club seluruh Bali. “Juga ada naga liong yang panjang ada genta suci, ada naga dan lionk yang lebih modern. Tetabuhan atau gong akan beriringan dengan parade ada mobil kuno di barisan terakhir untuk mengingatkan jaman tempo dulu bahwa Jalan Gajah Mada pusatnya Chinese Town di Denpasar,” jelasnya.
Sementara, Ketua PD Inti Bali putu Agung Prianta menambahkan, Kota Denpasar saat ini memiliki tagline pusatnya kota toleransi. Dengan kuatnya toleransi ini Denpasar menjadi Kota Budaya yang toleran. China tone banyak di luar, namun berbeda di Bali, sudah ribuan tahun menguat di Bali dan menyatu dengan budayanya.
Sehingga, dengan festival budaya ini akan menjadi destinasi baru di Kota Denpasar. Dengan event ini, pihaknya akan melakukan promosi hingga ke luar negeri. “Ini akan jadi destinasi baru, bahwa kuatnya akulturasi budaya Tionghoa dan Bali hanya ada di Denpasar,” ujarnya. (sur)