DENPASAR – Komitmen Bali Exotic Marine Park untuk mendukung konservasi megafauna di Bali secara berkelanjutan merupakan langkah positif. Hal ini terungkap dalam Seminar Nasional dan Launching Sustainable Financing untuk Penguatan Konservasi Megafauna Laut di Pesisir Bali yang digelar Bali Exotic Marine Park bekerjasama dengan Universitas Udayana di Inna Sindhu Beach Hotel Sanur Denpasar, Senin (4/11/2024).
Dalam kesempatan itu, Direktur Bali Exotic Marine Park I Wayan Adi Setiawan mengatakan, Bali Exotic Marine Park berkomitmen mengeluarkan dana untuk konservasi megafauna laut karena beberapa alasan penting yang berkaitan dengan kelangsungan dan keberlanjutan ekosistem maritim yang sangat kompleks dan membutuhkan biaya tinggi.
“Pertama, konservasi megafauna laut memerlukan dukungan yang lebih besar dari pihak-pihak terkait. Meski ada ketertarikan global yang meningkat dalam upaya konservasi ini, kenyataannya dukungan finansial berkelanjutan dari komunitas internasional masih minim,” ujar Adi Setiawan.
Hal ini menimbulkan kesenjangan antara kebutuhan di lapangan dan dana yang tersedia, yang akhirnya memicu Bali Exotic Marine Park untuk mengambil peran proaktif dalam pembiayaan. “Kedua, meskipun megafauna laut memiliki nilai ekonomi potensial yang tinggi, kontribusi mereka terhadap pertumbuhan ekonomi seringkali “kurang dikenali” atau kurang dipahami,” paparnya.
Padahal, ekosistem ini bisa menghadirkan peluang bagi masyarakat lokal melalui pariwisata berkelanjutan dan program konservasi yang memicu ekonomi lokal. Namun, pencapaian pertumbuhan ekonomi dari megafauna laut tetap harus dilakukan secara bijaksana dan tidak boleh mengancam populasi satwa ini.
“Di sini, Bali Exotic Marine Park berusaha menunjukkan bagaimana megafauna laut dapat dipromosikan secara edukatif dan lestari, memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar sekaligus meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem. Pendekatan peragaan ini juga diatur agar layak secara ekonomi, diterima secara sosial oleh masyarakat, dan ramah lingkungan,” imbuhnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Udayana, Prof. Dr. drh. I Nyoman Suartha memaparkan, kerjasama dengan Bali Exotic Marine Park merupakan implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Untuk satwa liar, komponennya belum banyak diperhatikan. Kami punya pakar dan ada tugasnya, maka kami kerjasama,” katanya.
Apalagi menurutnya, sangat berbeda penanganan penyelamatan paus dan lumba-lumba.Karena hal itu diperlukan keterampilan khusus dan tidak semua orang bisa. Apalagi yang digunakan wahana pariwisata, diperlukan pelaksanaan konservasi secara berkelanjutan. “Karena kalau sudah jompo tidak bisa dilepas begitu saja ke alam. Sehingga dengan adanya biaya tiket yang disisihkan, akan membantu keberlanjutan konservasi,” paparnya.
Sementara itu, Ahli Utama Dirjen Kementerian Kelautan dan Perikanan, Agus Dermawan mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Bali Exotic Marine Park dan Unud ini. “Semua pihak harus berperan, karena dana konservasi dari APBN hanya dihandle 25 persen. Artinya 75 persennya lagi dicairkan di luar APBN, salah satunya dengan kerjasama dengan lembaga swasta,” katanya. Pihaknya mengatakan, pemerintah saat ini tengah menyiapkan rancangan peraturan KKP dalam rangka pendanaan yang berkelanjutan untuk mendukung konservasi keanekaragaman hayati. (sur)