KARANGASEM – Rusak sejak puluhan tahun silam akibat erupsi Gunung Agung tahun 1963, warga Desa Adat Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem akhirnya berhasil membangun kembali Pura tempat berstananya Ida Ratu Bagus Bebotoh dan Ida Ayu Mas Melanting yang kini dinamai Pura Swagina. Pembangunan Pura tersebut menghabiskan biaya sebesar Rp1,6 miliar
Jero Mangku Tirta, tokoh sekaligus Ketua Panitia Pembangunan Pura,yang kini dinamai sebagai Pura Swagina, mengatakan, jauh sebelum erupsi Gunung Agung tahun 1963, di Desa Sebudi ada dua buah Pura, yaitu pura tempat berstana Ida Ratu Bagus Bebotoh di sisi selatan Desa dan Pura tempat berstana Ida Ayu Mas Melanting di sebelah utara.
Saat terjadinya erupsi Gunung Agung, bangunan kedua Pura tersebut rusak dan hancur, selama bertahun-tahun warga belum bisa membangun Pura tersebut sampai akhirnya pada 9 Juni tahun 2021, dimulai peletakan batu pertama pembangunan Pura tersebut dengan biaya secara swadaya.
“Kami sangat bersyukur, karena hari ini kami bisa melaksanakan upacara melaspas, pemarisuda dan ngresigana yang dilanjutkan dengan ngelinggihang Ida Bhatara dari lokasi semula yang telah rusak ke Pura yang baru. Hari ini merupakan upacara pengukuhan pertama kali pasca erupsi tahun 1963, Pura ini juga mendapat nama yang baru yaitu Pura Swagina,” kata Mangku Tirta di sela-sela upacara, Kamis (17/10/2024).
Sesuai namanya, Pura Swagina ini erat kaitannya dengan sebagai tempat pemujaan sebagai rasa syukur dan pengharapan atas berkah dari penghidupan yang diperoleh serta kelancaran pekerjaan hingga kemakmuran.
Piodalan di Pura tersebut juga diawali pada sasih kasa tepat sebelum para petani mulai menanam padi di sawah dan berkebun. Pada sasih tersebut dilaksanakan upacara Pecaruan Pangendag memakai korban suci berupa Banteng Hitam yang bertujuan sebagai sarana menetralisir energi negatif agar saat petani mulai menanam bisa tumbuh subur dan memperoleh hasil panen berlimpah.
“Nah berselang 3 bulan, para petani memasuki musim panen, baru kemudian tepatnya saat Purnama sasih Kapat dilaksanakan upacara Usaba Nini sebagai wujud rasa syukur atas berkah dan panen yang berlimpah kepada tuhan yang maha esa,” ujar Mangku Tirta.
Sekadar diketahui, total dana pembangunan Pura Swagina yang berdiri diatas lahan seluas 10 are tersebut menghabiskan anggaran sekitar Rp1,6 Miliar. Bangunan pelinggih hingga tembok, candi dan Kori agung terbuat dari batu hitam Karangasem.
Pembiayaan bangunan Pura Swagina tersebut bersumber dari pihak ketiga, sumbangan dari pengusaha, sumbangan warga dan lainnya.
“Tidak ada urunan yang dipungut dari warga untuk pembangunan Pura ini. Memang ada kekurangan pembiayaan lagi Rp700 juta, tapi sebagai Ketua Panitia Pembangunan, kekurangan itu sudah saya talangi,” pungkas Jro Mangku Tirta. (wat)