BULELENG – Pemkab Buleleng melalui Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Perlindugan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Buleleng terus menggemakan Sistem Penthalix dalam upaya percepatan penurunan prevalensi stunting.
Selain penanganan stunting tidak cukup hanya oleh satu pihak dari pemerintah, namun kerjasama sistem Penthalix terus disinergikan salah satunya peran Desa Adat di Kabupaten Buleleng.
“Stunting tidak hanya di intervensi 1000 hari pertama kelahiran, namun calon ibu harus siap dan sehat ketika akan menikah,” ungkap Kepala DP2KBP3A Buleleng I Nyoman Riang Pustaka usai monev satgas stunting dari Provinsi Bali, Jumat, (11/10/2024).
Mantan Camat Buleleng ini mengungkapkan di Bali umumnya dan Buleleng yang mayoritas Agama Hindu tidak biasa mencatatkan diri sebelum menikah ke lembaga adat 3 bulan sebelumnya, padahal ini penting agar calon ibu diketahui kesehatannya.
“Oleh karena itu pemerintah mendorong agar desa adat mengintensifkan pendataan dan melaporkan calon pengantin yang terdaftar untuk nantinya tim pendampingan keluarga (TPK) melakukan konseling dan cek kesehatan agar calon pengantin siap secara pisik dan mental untuk meneruskan keturunan yang sehat bebas dari stunting,” terangnya.
Saat ini prevalanesi stunting Buleleng mengalami trend penurunan sesuai E-PPGBM sebesar 2,6% , sedangkan menurut SSGI sebesar 6,2% dibandingkan tahun lalu sebesar 11 %.
Senada dengan Kepala DP2KBP3A Buleleng, dr. Made Ayu Witriasih selaku Koordinator Program Manajer Satgas Stunting Provinsi Bali menandaskan kerjasama dengan Majelis Desa Adat di Bali sangat penting untuk turunkan angka stunting.
“Hasil survei nasional untuk pencatatan calon pengantin tahun lalu, Bali daerah nomor 2 terendah se Indonesia. Untuk itu Bali yang mayoritas Hindu yang diayomi oleh lembaga adat kita adakan MoU untuk mewajibkan mendaftarkan krama calon pengantin,” jelasnya.
Jika krama yang akan menikah diwajibkan cek kesehatan, bisa digunakan dana desa dan tidak perlu ke puskesmas antre.
“Penyuluh KB menelpon TPK, maka TPK langsung melakukan screening kesehatan, hanya mengukur tinggi badan, berat badan, lingkar lengan dan HB itu semua untuk mengecek status gizi calon pengantin,” pungkasnya. (kar/jon)