KLUNGKUNG – Mewujudkan wisata berkualitas dan berkelanjutan dinilai sangat penting agar manfaat ekonomi dari pariwisata dapat dinikmati cukup panjang tanpa merusak daya tarik utama wisata tersebut.
Pemkab Klungkung terus berbenah guna mewujudkan wisata berkualitas dan berkelanjutan, khususnya di kawasan wisata Nusa Penida. Pariwisata Nusa Penida mengandalkan potensi sumber daya alam dan keragaman budaya.
Kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara ke daerah kepulauan itu cukup tinggi, mencapai 3.000 orang setiap harinya. Saat ini Pemkab melalui Dinas Pariwisata (Dispar) terus melengkapi dan menata sarana pendukung wisata di Nusa Penida, salah satunya di daerah Jungutbatu, Kepulauan Lembongan.
Tahun 2024, Dinas Pariwisata menggarap proyek amenitas atau sarana pendukung dengan anggaran bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 2.031.956.218. Kegiatan dalam bentuk, pembangunan toilet, pedestrian, gazebo, kios kuliner dan cinderamata, stage (panggung) terbuka.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung Ni Made Sulistiawati, proyek tersebut saat ini masih dalam tahap pengerjaan sesuai jadwal pelaksanaan proyek.
“Saat ini sedang berlangsung pembangunan fisik sesuai schedule (jadwal),”tandas Sulistiawati dikonfirmasi, Kamis (12/9/2024).
Sulistiawati menyampaikan, proyek ini dilatar belakangi keinginan pemerintah daerah terus melakukan penataan destinasi wisata di Nusa Penida. Termasuk sepanjang Pantai Tanjung Ental sebagai destinasi wisata yang berkualitas berkelanjutan.
Selain itu,kata Sulistiawati penataan daya tarik wisata untuk meningkatkan kunjungan dan rata-rata lama tinggal wisatawan serta bagian dari pemberdayaan masyarakat serta pembangunan ekonomi kreatif yang akan membuka peluang usaha bagi masyarakat lokal .
“Tujuan proyek ini melakukan penataan ruang sebagai fasilitas publik untuk mendukung kepariwisataan khususnya di Kabupaten Klungkung sesuai dengan standar kepariwisataan nasional secara berkelanjutan,” terang sulistiawati.
Ia menambahkan, wisata berkualitas dan berkelanjutan berfokus pada keseimbangan antara kepuasan wisatawan, manfaat ekonomi, perlindungan lingkungan serta budaya.
“Sehingga menciptakan dampak positif bagi semua pihak yang terlibat,” demikian Sulistiawati. (yan)