DenpasarPolitikTerkini

DPRD Bali Masih Sepi, Persiapan Bimtek

Masih Belum Banyak Anggota Ngantor

DENPASAR – Tiga hari setelah pelantikan dari 55 anggota DPRD Bali periode 2024-2029, nampaknya belum banyak yang masuk ngantor.

Terlihat hanya ada beberapa anggota DPRD Bali yang kelihatan ngantor di ruangan seperti yang terlihat di Komisi IV DPRD Bali. Kedua politisi yang masuk ngantor tersebut merupakan anggota dari partai Gerindra dari Dapil Denpasar, Zulfikar dan Wayan Subawa.

Menurut Subawa yang juga salah seorang pengacara ini, belum banyaknya temen-temen ngantor kemungkinan masih dalam tahap penyesuaian terutama yang anyar seperti dirinya dan lagi persiapan pelaksanaan Bimbingan Teknis (Bimtek) yang akan dilaksanakan oleh Kementrian Dalam Negeri untuk seluruh Indonesia.

Subawa mengatakan, anggota DPRD Bali mendapat jadwal dari tanggal 8 sampai dengan tanggal 8 September. “Semua anggota akan persiapan Bimtek dan sebagai anggota baru, kita juga ingin mengetahui suasana di kantor dewan,”kata Wayan Subawa bersama staff di Komisi IV DPRD Bali beberapa waktu lalu.

BACA JUGA:  Diduga Membobol e-Banking, Gus Mang Dibekuk Tim Opsnal Polsek Kota Singaraja
Ketut Mandia , Anggota DPRD Bali dari Partai Gerindra Dapil Klunglung

Sementara ditempat terpisah anggota Fraksi Gerindra Ketut Mandia dari Dapil Klungkung, menolak kalau dirinya diibaratkan dapat durian runtuh. Sebab, rekannya Ketut Juliarta yang semestinya duduk di DPRD Bali harus mundur karena mengikuti kontestasi pemilihan Bupati di Kabupaten Klungkung.

“Bukan dapat durian runtuh, sebaliknya tanggungjawab saya sangat besar sekali, bukan saja pada konstituen saya melainkan kepada masyarakat Klungkung,”ujarnya.

Mandia mengatakan dalam perjuangan mengawal aspirasi masyarakat Klungkung salah satunya keluhan para petani. Bukan hanya sekarang saja melainkan sudah sejak lama terjadi, petani selalu mengeluh akan kebutuhan pupuk sebagai petani di sawah. Saat musim tanam harga pupuk di petani selalu tinggi bahkan tergolong sangat mahal.

BACA JUGA:  BPKP Perwakilan Bali Evaluasi Aplikasi Layanan Publik Pemkab Tabanan

Selain mahal terkadang sulit mendapatkan pupuk. Kalau tidak dibeli, petani tidak bisa melakukan pemupukan terhadap tanaman padinya.

Dalam prakteknya dilapangan, pupuk ke petani mestinya mendapatkan harga yang disubsidi akan tetapi harga yang didapat harga mahal.

“Ini persoalan klasik yang dihadapi petani sejak lama. Saat musim tanam harga pupuk mahal, saat musim panen harga gabah murah dan ini harus kita perjuangkan agar petani benar-benar dapat menikmati subsidi pupuk dari pemerintah dan dirasakan nyata oleh petani,”pungkasnya. (arn/jon)

Back to top button