DenpasarPariwisata

Denpasar Perlu Regulasi dan Penguatan Infrastruktur Untuk Keberlangsungan Industri Pariwisata

Pejabat Fungsional Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Dispar Denpasar Ketut Suparta (kiri), Senior Economist Bali Tourism Board (BTB) Trisno Nugroho (kanan), dan pakar kesehatan Dr. Tri Budhi Baskara (tengah) dalam diskusi “Memaksimalkan Potensi Pariwisata dengan Mewujudkan Denpasar Yang Nyaman” yang diadakan oleh Bisnis Indonesia Perwakilan Bali di Sanur, Kamis (29/8/2024). 

DENPASAR – Kota Denpasar sebagai destinasi wisata popular sekaligus pusat pemerintahan,  masih menghadapi sejumlah tantangan untuk menjadi kota yang nyaman bagi wisatawan. Tantangan-tantangan ini membutuhkan solusi berupa kebijakan hingga infrastruktur pendukung untuk menambah tingkat kenyamanan para wisatawan sehingga potensi wisata Kota Denpasar dapat termaksimalkan.

Penegasan itu tercermin dari hasil diskusi bertemakan “Memaksimalkan Potensi Pariwisata dengan Mewujudkan Denpasar Yang Nyaman” yang diadakan oleh Bisnis Indonesia Perwakilan Bali di Hotel Griya Santrian Sanur pada Kamis (29/8/2024). 

Diskusi ini menghadirkan narasumber Pejabat Fungsional Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kota Denpasar Ketut Suparta, Senior Economist Bali Tourism Board (BTB) Trisno Nugroho, dan Dr. Tri Budhi Baskara selaku pakar kesehatan serta diikuti jurnalis, dan pelaku industri pariwisata di Kota Denpasar.

Menurut Pejabat Fungsional Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kota Denpasar Ketut Suparta, Kota Denpasar sudah sangat berbenah dalam beberapa tahun ini yang ditunjukkan dengan berbagai pembangunan untuk mendukung pengalaman berlibur wisatawan. 

Harus diakuinya bahwa sejumlah peningkatan infrastruktur tersebut belum cukup karena pesatnya jumlah kunjungan pasca Covid-19. Kendati demikian, Disparda terus bekerja sama dengan pelaku wisata untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan.

Ketut Suparta mengungkapkan, tantangan berat yang dihadapi Kota Denpasar antara lain berupa kemacetan hingga polusi udara sehingga membutuhkan kolaborasi berbagai pihak, tidak hanya pemerintah. Mengingat, pemerintah memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengatasi semua permasalahan.

“Tantangan Denpasar itu mulai dari kemacetan, sampah hingga polusi udara. Karena pergerakan masyarakatnya zigzag, dan setiap hari itu berbeda jumlah masyarakat karena ada juga warga dari luar Denpasar yang masuk bekerja disini. Perlu kebersamaan dalam menyelesaikan masalah pariwisata di Kota Denpasar,” jelasnya.

Senior Economist BTB Bali Trisno Nugroho menekankan, Kota Denpasar harus mampu mempertahankan diri sebagai kota budaya dan sekaligus wisata. Menurutnya, semua pihak harus menjaga Sanur sebagai jantung dari pariwisata ibu kota Bali ini. 

Trisno menekankan akan lebih bagus untuk menjaga dengan sebaik-baiknya fasilitas yang sudah ada saat ini, seraya membenahi kekurangan-kekurangan yang ada. Dengan kondisi sekarang saja, industri pariwisata menghadapi disrupsi dan perkembangan sangat cepat. 

Salah satu contohnya budaya wisatawan yang berubah, mulai dari cara memesan kamar secara digital hingga perilaku mereka ketika di tempat wisata. Sebagai pelaku industri pariwisata, Trisno mengamini pelaku pariwisata juga perlu berubah dalam memberikan kenyamanan. Perubahan ini bisa dimulai dari hal kecil seperti memberikan layanan internet yang cepat dan fasilitas tempat merokok yang memadai.

“Bali khususnya Denpasar harus diperbaiki menjadi lebih baik lagi. Saya mengusulkan agar mengadopsi regenerative tourism tidak hanya sustainable tourism. Kalau regenerative tourism itu meningkatkan yang sudah baik menjadi baik lagi supaya turis tidak datang sekali tapi tahun depan mau datang lagi. Karena wisatawan ke Sanur itu kebanyakan repeat order,” jelasnya.

Dr. Tri Budhi Baskara menjelaskan bahwa faktor kenyamanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengalaman berlibur para wisatawan. Oleh karena itu, menurutnya sudah saatnya pelaku industri pariwisata memperhatikan faktor ini. Kenyamanan dalam hal ini meliputi banyak hal, mulai dari keamanan, kebersihan, hingga kesehatan.

Ia berpendapat, kenyamanan yang tidak kalah penting adalah penyediaan infrastruktur pendukung yang mampu membuat wisatawan betah berlibur di Kota Denpasar. Penyediaan sarana ini menjadi penting, karena kebutuhan wisatawan ketika berlibur sangat bervariasi seiring perkembangan zaman.

“Kenyamanan sangat penting bagi wisatawan untuk length of stay. Hal ini mencakup jaminan keamanan, kebersihan hingga kesehatan. Kesehatan ini meliputi banyak aspek, mulai dari fasilitas kesehatan hingga udara yang bersih dari polusi. Sebagai contoh, polusi dari asap rokok pun bisa mempengaruhi kenyamanan wisatawan,” ujarnya. 

Terkait polusi asap rokok ini, Tri Budhi mengatakan saat ini ada produk tembakau alternatif yang bisa menjadi solusi. Sebab, produk-produk itu tidak dibakar sehingga tidak menghasilkan asap seperti rokok.

“Apalagi, berdasarkan berbagai kajian ilmiah, produk tembakau alternatif punya risiko yang lebih rendah dari rokok. Oleh karena itu, bisa juga dijadikan pilihan bagi perokok dewasa yang berwisata ke Kota Denpasar untuk meningkatkan kualitas hidupnya,” katanya. (sur)

Back to top button