DENPASAR – Sarana olahraga skatepark di Lapangan Lumintang, Denpasar yang baru sebulan dibangun sudah menuai keluhan kalangan olahraga dan atlet. Hal itu karena selain pembangunan arena itu dinilai tidak memenuhi standar juga sudah mulai rusak di beberapa bagian.
Kondisi bangunan yang rusak dinilai bisa membuat para atlet rentan cidera. Padahal anggaran pembangunan skatepark itu kabarnya menelan anggaran Rp 1,7 Miliar lebih danbaru selesai dibangun awal Agustus lalu.
Menurut Sekretaris Umum (Sekum) Pengprov Perserosi Bali, Putu Rio Rahdiana, dirinya tak memungkiri kalau banyak atlet yang tergabung dari berbagai komunitas mengeluhkan terkait kondisi skatepark tersebut.Keluhan itu diutarakan beberapa atlet kepada dirinya dan ditindak lanjuti dengan melihat kondisi di lapangan.
“Keluhan langsung dari para atlet yang sering memanfaatkan fasilitas itu. Dan benar saat kami lihat langsung ke lapangan memang memang semennya rusak atau terkelupas. Ada beberapa pipa besi yang dipasang harusnya menonjol di bibir arena, tapi justru dipasang kurang menonjol, sehingga tidak optimal ketika atlet akan melakukan atraksi atau trik. Malah cenderung membahayakan,” tuturnya saat dikonfirmasi Minggu (25/8/2024).
Pembangunan arena Skatepark itu versinya, berkat komunikasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar untuk memfasilitasi para atlet khususnya dari Perserosi yang menaungi sepatu roda dan skateboard untuk berlatih.
Hanya saja, pada pengerjaannya pihak kontraktor kurang koordinasi terkait standar yang perlu diterapkan dan dikerjakan di fasilitas itu. Hal ini pun terbukti kalau pembangunan yang menelan biaya cukup besar kabarnya mencapai Rp 1,7 miliar lebih itu sudah mulai rusak.
“Kami dari Perserosi sangat berterimakasih kepada pak Walikota dan Wakil Walikota yang sudah mengakomodir kebutuhan kami di Cabor Perserosi. Karena kami lah yang meminta untuk pemanfaatan fasilitas itu. Namun, pengerjaan oleh pihak kontraktor itu kurang koordinasi dan setiap diberi masukan tidak dilakukan dalam pengerjaan fasilitas itu. Jadinya, hasilnya seperti saat ini, banyak dikeluhkan,” paparnya.
Sejatinya, pembangunan fasilitas itu sudah diarahkan Dinas terkait agar pihak kontraktor untuk selalu berkomunikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan cabang olahraga. Tapi, setelah dimulainya pengerjaan tidak ada lagi komunikasi lanjutan.
Hasil, skatepark yang dikerjakan mulai 22 April hingga 20 Juli 2024 itu sudah mulai rusak. Saat ini, para atlet dari berbagai komunitas memang masih menggunakan fasilitas itu, meski disadari rentan terjadi cidera karena semennya sudah mulai mengelupas.
“Memang jika sekedar digunakan saja itu bisa namun di lapangan memang tidak sesuai dengan standarnya. Kalau atlet tidak hati-hati, tentunya bisa saja cidera. Ini yang kita khawatirkan,” imbuhnya.
Diharapkannya adanya perhatian serius dalam pembangunan fasilitas olahraga bukan hanya Skatepark tapi juga cabor lainnya. Pertimbangannya karena dengan adanya fasilitas olahraga yang bagus dan memenuhi syarat, maka atlet nantinya akan mewakili daerahnya atau Bali pada berbagai kejuaraan.
Atau bisa saja kegiatan itu berlangsung di Denpasar dan menggunakan fasilitas yang dibangun, namun sayangnya pembangunannya tidak sesuai standar untuk digunakan dalam kompetisi atau kejuaraan.
“Kalau memang kontraktor tidak tahu kan ada kami yang bisa memberikan masukan kalau masukan kita tidak di dengar ya begini jadinya. Harusnya kontraktor menggunakan ahlinya di bidang ini,” demikian Rio Rahdiana. (ari/jon)