GIANYAR – Mantan Gubernur Bali Wayan Koster mengungkapkan kekhawatirannya terhadap pertumbuhan penduduk lokal Bali yang cukup tinggi.
Itu disampaikan Wayan Koster dihadapan para pemangku, bendesa adat dan perbekel serta kader partai PDIP saat sosialisasi Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125 di Balai Budaya Gianyar, Rabu (31/7/2024). pembangunan Haluan Bali 100 tahun di Balai Budaya Gianyar, Rabu (31/7/2024).
Menurutnya, pertumbuhan penduduk lokal bukan karena kelahiran yang meningkat tetapi migrasi yang dilakukan penduduk luar ke Bali. “Pertumbuhannya diakibatkan karena migrasi,” ujar Wayan Koster.
Ia menungkapkan, program KB Nasional dua anak cukup laki dan perempuan sama saja yang sukses di Bali berpuluh-puluh tahun membuat Nyoman Komang dan Ketut mengalami penurunan.
Populasi orang Bali asli turun.
“Yang duluan lahir belum tentu hidup semua. Ketut di Bali hanya tinggal 6 persen. Nyoman di Bali tinggal 18 persen,” ujar Doktor Ilmu Matematika jebolan ITB ini.
Koster menilai masyarakat Bali sangat taat terhadap program pemerintah, salah satunya KB 2 anak, bahkan sampai mendapatkan penghargaan.
“Penghargaanya dengan kertas, gak sampai setahun, sudah dimakan rayap,” seru Koster.
“Apa yang terjadi? Kita kehilangan Ketut banyak. Kehilangan Nyoman banyak. Lama-lama Nyoman dan Ketut tinggal di museum. Berdampak pada penurunan kearifan lokal kita mengalami degradasi,” ujarnya lagi.
Ia pun berpesan agar warga lokal Bali hati-hati terhadap penurunan jumlah penduduk lokal.
“Hati-hati kita ini. Bisa tidak akan ada yang diajak ngelawar, tidak ada yang di ajak ke Pura. Makanya saya sangat tidak setuju sekali KB 2 anak. Kita sepakat dengan BKKBN tidak kempanye KB 2 anak lagi. Kita Kempanyekan lagi KB Bali 4 anak, “Yen ngidang (kalau bisa) mau berencana tiga, empat, lima, enam anak silahkan, tidak perlu kahwatir. Banyak anak banyak rezeki,” ujarnya disambut tepuk tangan.
Banyaknya warga lokal Bali tidak perlu dikhawatirkan. Sebab ras Bali adalah ras unggul.
“Ras Bali ras unggul, dia tidak akan membuat masalah. Mereka akan menjadi bagian dalam penyelesaian masalah. Ditempat lain akar itu terbuang, di Bali akar itu menjadi nilai seni bermutu,” jelasnya.
Terkait pembangunan, Wayan Koster menegaskan tidak boleh melangkahi adat dan budaya. PDIP berkepentingan membuat konsep haluan Bali, dikarenakan PDIP mendominasi pemerintahan Bali. Baik di legislatif tingkat kabupaten/kota hingga tingkat kepala daerah.
“Hanya di Jembrana yang bupatinya bukan orang PDIP, yang lainnya kita, PDIP. Karena itu, kami wajib memberikan konsep untuk menjaga Bali sekarang hingga di masa mendatang, di masa yang akan dinikmati oleh anak cucu kita,” tandas Ketua DPD PDIP Bali ini.
Ia menerangkan, selama ini kekayaan Bali hanya tradisi dan budaya. Tidak seperti daerah lain yang memiliki batu bara, minyak dan hasil bumi lainnya. Meski demikian, hal tersebut justru menjadi keistimewaan.
“Jika daerah lain punya minyak, setiap hari dikeruk, lama-lama akan habis. Sementara kita di Bali punya budaya. Selama masih ada piodalan, masih ada orang megamel, menari, membat dan sebagainya, maka kekayaan kita akan tetap ada,”ujarnya.
Koster pun merancang konsep pembangunan Bali dari tahun 2025 sampai 2125 tidak boleh mengusik adat dan budaya, termasuk masyarakat adat karena menjadi roh dari jalannya budaya hingga menjadi daya tarik pariwisata. Begitu juga alam Bali masa lampau harus dikembalikan yang bersih dan suci.
“Jangan pernah ada pembangunan yang mengusik tiga komponen ini. Satu pun tidak boleh. Dan, ke depan kita harus menggunakan energi bersih untuk menjaga alam Bali ini supaya bersih dan sehat,” tandasnya.
Pada kegiatan ini dihadiri oleh ratusan pemangku dan perbekel se Kabupaten Gianyar, serta Bupati dan Wakil Bupati Gianyar periode 2018-2023, I Made Mahayastra dan Anak Agung Gede Mayun, serta anggota DPRD Gianyar dan DPR RI, I Nyoman Parta. (jay)