Sawah di Subak Delod Banjarangkan alami kekeringan karena dampak proyek pembangunan terowongan
KLUNGKUNG – Subak Delod Banjarangkan, Desa Banjarangkan, Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung mengalami kekeringan sejak dua bulan. Kondisi itu diperkirakan akan berlangsung dalam tiga bulan kedepan.
Petani setempat berharap ada hujan turun agar tanaman palawija bisa tumbuh dan menghasilkan. Dari luasan lahan 240 hektar, sebagian sawah petani dibiarkan terlantar ditumbuhi semak belukar. Sebagian ditanami palawija seperti jagung dan sebagian ditanami bunga.
Saat petani mulai menanam palawija sesekali masih turun hujan, sehingga petani tetap memilih melanjutkan menanam palawija.Namun sejak dua bulan ini petani mulai kelimpungan lantaran sudah memasuki musim kemarau. Hujan semakin jarang bahkan bisa dikatakan tidak ada hujan. Tanaman palawija petani banyak yang layu bahkan sudah ada yang mati.
Petani setempat belum bisa memanfaatkan aliran irigasi karena masih berlangsung proyek pembangunan terowongan. Penutupan irigasi Subak Delod Banjarangkan juga bagian dari adanya proyek dimaksud.
Kelihan Subak Delod Banjarangkan Nyoman Subawa dikonfirmasi menyampaikan, proyek pembangunan terowongan sudah berlangsung sejak Mei lalu. Selama proyek berlangsung dilakukan penutupan irigasi ke Subak Delod Banjarangkan.
Dirinya juga sudah mensosialisasikan terkait penutupan irigasi kepada anggota subak. Ketika sosialisasi itu semua petani menyepakati selama proyek berlangsung tidak ada menanam padi.
“Terowongannya kan sempat jebol sepanjang 17 meter. Untuk perbaikan terowongan itu tidak mungkin karena tebingnya atau jurangnya cukup tinggi. Makanya harus dibuat terowongan baru, inilah yang memakan waktu cukup lama,” tandas Nyoman Subawa, Rabu (17/7).
Selain membangun terowongan baru, pihak subak juga melakukan perbaikan jaringan-jaringan yang rusak dan bocor.
“Proyek pembangunan terowongan dibantu oleh Provinsi Bali. Kalau perbaikan jaringan dibantu oleh Pemkab Klungkung,” ungkap Subawa.
Terkait dengan keluhan petani, Subawa mengatakan dirinya masih mengusahakan dan sudah koordinasi dengan pihak pelaksana proyek agar diizinkan membuka pintu air setiap satu minggu sekali.
“Saat ini saya masih mengusahakan dapat pinjam pipa dan sudah koordinasi dengan Dinas PU Klungkung.Karena ada saluran irigasi tertutup longsoran tebing. Kalau sekarang dibuka pintu airnya, percuma airnya terbuang sia-sia,” ujar Subawa.
Subawa menambahkan, terowongan yang sedang dibangun nantinya akan dimanfaatkan oleh dua subak yakni Subak Delod Banjarangkan dan Subak Tulikup, Kabupaten Gianyar.
Salah seorang petani Made Patra pun membenarkan penutupan irigasi Subak Delod Banjarangkan karena ada pembangunan terowongan. Patra, petani asal Banjar Selat, Desa Banjarangkan ini juga mengakui sudah ada sosialisasi sebelum proyek dimulai.
“Katanya (proyek) akan berlangsung sekitar enam bulan. Penutupan irigasi sudah sejak Mei lalu. Ketika awal-awal penutupan irigasi masih ada hujan,makanya ada petani yang menanam jagung. Termasuk saya menanam bunga karena waktu itu masih sering turun hujan. Tapi saat ini sama sekali tidak ada hujan,” kata Patra.
Patra masih bisa bertahan karena tanaman bunga miliknya masih bisa menghasilkan. Sementara petani yang lain, ada yang beralih sementara waktu menjadi buruh bangunan serta mencari pekerjaan lainnya sambil menunggu aktivitas di sawah bisa kembali normal. (yan)