DENPASAR – Polda Bali menggelar Operasi Patuh Agung selama 14 hari mulai 15-28 Juli 2024. Operasi bertujuan menciptakan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran masyarakat dalam berlalu lintas.
Wakapolda Bali Brigjen I Gusti Kade Budhi Harryarsana mengatakan, Operasi Patuh Agung mengerahkan 1.088 personel gabungan Polda Bali dan jajaran Polres.
“Operasi Patuh Agung bertujuan meningkatkan disiplin masyarakat dalam berlalu lintas, mengurangi kemacetan, menurunkan angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas serta meminimalisir angka fatalitas korban laka lantas,”ujar Brigjen I Gusti Kade Budhi Harryarsana saat memimpin apel Operasi Patuh Agung di halaman Mapolda Bali, Senin (15/7/2024).
Sasaran prioritas, yaitu mengemudikan kendaraan sambil menggunakan handphone, tidak menggunakan helm SNI maupun sabuk pengaman, menerobos lampu merah, berkendara dengan kecepatan tinggi, melawan arus, serta wisatawan domestik maupun mancanegara yang melakukan pelanggaran lalu lintas.
Wakapolda Bali menekankan kepada personel untuk tidak melakukan pungutan liar (pungli).
“Saat ini kita berada pada era citizen journalism. Oleh karena itu, saya minta kegiatan operasi mengutamakan tindakan persuasif, humanis dan edukatif kepada masyarakat,”tegas jenderal bintang satu asal Tabanan ini.
Ia menyebut sepanjang tahun 2023 terjadi 7.466 kasus kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan 655 orang meninggal dunia. Angka ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2022 sebanyak 3.692 kejadian dengan korban meninggal 508 orang.
Laka lantas sangat berkorelasi dengan peningkatan jumlah pelanggaran lalu lintas selama dua tahun terakhir.
“Selama tahun 2023 terjadi sebanyak 177.425 kali pelanggaran. Jumlah ini meningkat sebesar 22% dari jumlah
pelanggaran tahun 2022 sebanyak 144.841 kali pelanggaran,”sebutnya.
Kecelakaan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor kendaraan, faktor lingkungan dalam hal ini kondisi jalan maupun cuaca dan tentunya faktor manusia itu sendiri. Faktor manusia menjadi penyebab terbesar terjadinya lakalantas, baik karena melakukan pelanggaran atau tidak tertib dalam berlalu lintas.
“Seperti kita ketahui, selain masyarakat lokal, para WNA belakangan ini cukup sering terlibat permasalahan di wilayah Bali, khususnya pelanggaran lalu lintas. Permasalahan ini tentunya harus segera kita sikapi bersamasama demi eksistensi citra pariwisata Bali,”tandas lulusan Akpol 1994 ini. (dum)
