BADUNG – Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menjadi salah satu isu bahasan dalam gelaran Asia Pacific Conference for Media Advertising and Marketing (APMF) ke-10, di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), The Nusa Dua, Kuta Selatan. Yang disoroti, yakni berkenaan dengan pengaruh serta tantangan yang ditimbulkan terhadap industri.
Chairman APMF, Andi Sadha mengungkapkan, selama gelaran konferensi, para peserta dan pembicara berbagi pandangan mengenai AI. Teknologi tersebut diharapkan bukan malah menghilangkan pekerjaan manusia, melainkan dapat menambah pekerjaan baru dan membantu meningkatkan relevansi pekerja di industri.
“Kita perlu memahami dampak dari teknologi ini, baik terhadap perilaku kerja kita maupun cara kita berinteraksi dengan konsumen. Teknologi baru tidak selalu berarti penghilangan pekerjaan, tetapi adaptasi dan evolusi pekerjaan,” ungkapnya.
Menurut Andi, di balik berbagai kemampuan yang dimiliki AI, sesungguhnya masih terdapat keterbatasan signifikan. Seperti kurangnya empati dan pemahaman emosional, sebagaimana yang mampu dihadirkan oleh manusia.
“Kreativitas, empati, dan pemahaman mendalam tentang hak cipta dan kekayaan intelektual tetap menjadi keunggulan manusia yang tidak dapat digantikan oleh AI,” sebutnya.
Penjagaan terhadap orisinalitas dan penghormatan terhadap hak kekayaan intelektual dipandang sebagai hal yang penting pada era digital saat ini. Terutama bagi industri yang bergantung pada hak cipta dan royalti.
Sekilas untuk diketahui, APMF ke-10 telah digelar di Pulau Dewata selama 3 hari, yakni dari tanggal 1 – 3 Mei 2024. Pesertanya adalah para stakeholder di bidang pemasaran, kreatif, dan media dalam skala Asia Pasifik. (adi,dha)