BULELENG – Berdasarkan bukti permulaan cukup, Polres Buleleng melalui penyidik Satreskrim menetapkan GS alias Bracuk (19) beralamat Kecamatan Sawan sebagai tersangka persetubuhan terhadap seorang anak berusia 15 tahun.
Penetapan Bracuk sebagai tersangka juga berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan penyidik Unit PPA Satreskrim atas laporan orang tua korban, Ketut Sunara Nopol : B/34/I/2024/ SPKT/Polres Buleleng/Polda Bali dan hasil visum et repertum dari RSUD Kabupaten Buleleng.
“Berdasarkan hasil penyelidikan dan bukti permulaan cukup, penyidik Unit IV Satreskrim menetapkan GS alias Bracuk sebagai tersangka,” tandas Kasatreskrim Polres Buleleng AKP Arung Wiratama saat menggeber penetapan tersangka kasus persetubuhan anak dibawah umur di Mapolres Buleleng, Senin (5/2).
Kasatreskrim Arung didampingi Kasi Humas Polres Buleleng AKP I Gede Dharma Diatmika memaparkan kasus persetubuhan anak dibawah umur yang terjadi Selasa (23/1/2024) ini terungkap dari laporan orang tua korban ke SPKT Polres Buleleng.
“Dari hasil penyelidikan terungkap, pada hari Selasa, 23 Januari 2024 sekira pukul 21.30 Wita, korban dan pelaku bertemu di sebuah warung. Kemudian korban, diajak pelaku yang merupakan mantan pacarnya keluar dan mengikuti pelaku. Sampai di jalan sepi, wilayah Banjar Dinas Bale Agung Desa Kerobokan Kecamatan Sawan, pelaku berhenti dan memarkir sepeda motornya ,” jelasnya.
Kemudian, saat korban memarkir spm, pelaku mendekati dan memeluk mantan pacarnya.
“Pelaku kemudian memenurunkan celana dalam sampai di lutut dan menyetubuhi korban diatas sepeda motor dengan posisi berdiri,” terangnya.
Berdasarkan hasil penyelidikan, hasil visum et repertum dan barang bukti antara lain berupa 1 unit spm nopol DK 5387 UBM, 1 potong celana dalam warna hitam dan 1 potong baju daster warna hitam, kata Arung, penyidik menetapkan GS alias Bracuk sebagai tersangka.
“Perbuatan pelaku dipersangkakan telah melakukan tindak pidana persetubuhan terhadap anak dibawah umur sebagaimana dimaksud pasal 81 ayat (2) UU RI No. 17 tahun 2016 tentang Peraturan Pemerintah pengganti UU RI No. 1 tahun 2016 tentang perubahan ke dua UU RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menjadi Undang-undang,” jelasnya.
Atas perbuatannya, dengan bujuk rayu untuk dapat melakukan persetubuhan dengan korban, tersangka Bracuk diancam dengan hukuman pidana penjara minimal 5 tahun dan maksimal 15 tahun. (kar/jon)
