BULELENG – Penanganan kebakaran sampah akibat letupan gas metan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Desa Bengkala Kecamatan Kubutambahan berakhir.
Tidak hanya pola penanganan baru musibah kebakaran yang didukung Pemprov Bali dan Pj Bupati Buleleng, musibah kebakaran TPA Bengkala akibat luberan gas metan dari instalasi Sanitary Renville yang dibangun 20 tahun silam, tahun 2004 juga memotivasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng untuk melakukan kajian.
“Sampai dengan hari ini, kebakaran TPA Bengkala terjadi sejak awal tahun, sudah tertangani dengan pola pengurugan dengan tanah untuk menutupi lahan diatas konstruksi Sanitari Ranfille, pengolahan sampah residu yang sudah menghasilkan gas metan,” ungkap Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng Gede Melandrat usai kegiatan bersih pantai bersama mahasiswa Undiksha Singaraja di Eks Pelabuhan Buleleng, Jumat (12/1/20023).
Mantan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Buleleng ini menandaskan ada hikmah yang luar biasa dibalik adanya kebakaran seluas 2 dari 7 hektar lahan di TPA Bengkala.
“Selain pola baru penanganan kebakaran akibat semburan gas metan dengan melakukan penimbunan sampah dengan tanah urug hampir 200 truk untuk memadamkan api serta pembuatan kubangan pada areal urugan untuk menampung air hujan agar bisa terserap ke bawah, menjaga stabilitas suhu suhu maupun suhu udara yang hampir mencapai 45 drajat disekitar lokasi, musibah kebakaran TPA Bengkala juga mengingatkan sistem Sanitary Ranfill yang dibangun 20 tahun silam dan sudah menghasilkan gas metan,” jelasnya.
Adanya Sanitary Ranfill sebagai salah satu sistem pengelolaan sampah residu, sebagai bagian dari tugas pemerintah dalam pengelolaan sampah setelah dikelola berbasis sumber oleh masyarakat ini menunjukkan tata kelola sampah lengkap.
Tata kelola sampah lengkap ini, kata Melandrat tentunya menjadi kebanggaan warga masyarakat Buleleng yang telah melakukan pengelolaan berbasis sumber, memilah dan memilih sampah plastik untuk bisa menjadi lebih bermanfaat dan bernilai ekonimis melalui program Bank Sampah.
Mengolah sampah organik jadi pupuk organik melalui TPS-3R dan residunya menjadi tugas pemerintah mengangkut ke TPA Bengkala, kemudian diolah melalui sistem Sanitary Ranfille untuk menghasilkan gas metan.
“Memang kita abai dengan program yang telah dilaksanakan pemerintahan sebelumnya, yang telah merancang dan membangun tata kelola sampah dengan sangat sempurna. Selain bangga, kita juga akan melakukan kajian, merevitalisasi sistem pengelolaan sampah Sanitary Ranville ini sehingga gas metan yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, bukan hanya memenuhi kebutuhan gas untuk masak tapi juga sumber energi listrik terbarukan,” terangnya.
Melandrat menambahkan, untuk merevitalisasi sistem Sanitary Ranville yang ada di TPA Bengkala ini butuh kajian komperhensif melibatkan stakeholder terkait. Termasuk juga PT. PLN (Persero) terkait pemanfaatan gas metan sebagai sumber energi listrik terbarukan maupun PT. Pertamina (Persero) dalam pengelolaan gas metan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Pemerintah tidak bisa sendiri, butuh keterlibatan semua pihak termasuk juga masyarakat dalam upaya revitalisasi sistem Sanitary Ranville TPA Bengkala, sehingga tidak saja menjadi solusi lengkap pengelolaan sampah berbasis sumber, tapi juga mampu memberi manfaaat bagi masyarakat, khususnya warga masyarakat disekitar lokasi TPA,” jelasnya.
Ia juga berharap, revitalisasi sistem Sanitary Ranfill TPA Bengkala bisa jadi model TPA sekaligus menjadi destinasi wisata edukasi bagi generasi muda tentang tata kelola sampah berbasis sumber yang lengkap atau paripurna. (kar/jon)